Jakarta, ANTARA JATENG - Spanduk bertuliskan "Siap Mensholatkan Jenazah
Semua Saudara-Saudara Kami Yang Muslim" yang terpasang di Mushalla Darul
Husna, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, sudah dicopot oleh pihak
berwajib sejak kemarin (20/3).
Suroso, Ketua RT 09/01 Kelurahan Cijantung, mengapresiasi Bawaslu yang mencopot spanduk itu menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.
Walaupun spanduk itu memuat ajakan positif mensalatkan seluruh jenazah muslim, namun Suroso menilai hal itu berbau provokasi karena ada tempat lain yang menolak mensalatkan jenazah.
"Bukan apa-apa ya, tapi seolah ada yang ingin memprovokasi karena ada yang menolak menyolatkan, tapi di sini ada yang pasang spanduk sebaliknya. Seperti diadu begitu," kata Suroso di rumahnya yang dekat dengan Mushalla di Jalan Karya Bhakti, Cijantung, Jakarta Timur, Selasa.
Suroso menjelaskan spanduk itu dipasang Kamis malam pekan lalu oleh pihak yang diduga tim sukses salah satu calon.
"Waktu izin bilangnya mau ada kegiatan bakti sosial, selain itu pihak pengurus mushala juga tidak memberikan izin," lanjut Suroso.
Jumat 17 Maret spanduk berukuran panjang sekira empat meter itu terpajang di pinggir jalan depan mushala itu. Melihat hal itu, Suroso kemudian melapor kepada Bawaslu secara online dengan menyertakan foto spanduk.
"Bawaslu menjawab akan dicopot pada Senin (kemarin). Sekarang lihat sudah tidak ada spanduknya," kata Suroso.
Suroso menjelaskan spanduk itu tidak dicopot oleh warga atau pengurus mushalla guna menunjukkan sikap netral menjelang Pilkada putaran kedua. Selain itu, kendati spanduk terpasang selama tiga hari, warga sekitar juga tidak memusingkang hal itu.
"Masyarakat sudah cerdas dan tidak akan terprovokasi. Makanya kami serahkan kepada yang berwenang untuk mencopot. Pokoknya tidak boleh ada nuansa politik di rumah ibadah," tegas Suroso.
Seorang warga yang tinggal di belakang mushala itu mengatakan tidak peduli dengan spanduk yang pernah terpasang.
"Ya menang mushala itu selalu menyalatkan jenazah muslim. Bukan karena setelah ada spanduk itu. Warga di sini pintar, tidak termakan isu begitu," ucap salah seorang warga RT 1 yang menolak disebutkan namanya.
Suroso, Ketua RT 09/01 Kelurahan Cijantung, mengapresiasi Bawaslu yang mencopot spanduk itu menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.
Walaupun spanduk itu memuat ajakan positif mensalatkan seluruh jenazah muslim, namun Suroso menilai hal itu berbau provokasi karena ada tempat lain yang menolak mensalatkan jenazah.
"Bukan apa-apa ya, tapi seolah ada yang ingin memprovokasi karena ada yang menolak menyolatkan, tapi di sini ada yang pasang spanduk sebaliknya. Seperti diadu begitu," kata Suroso di rumahnya yang dekat dengan Mushalla di Jalan Karya Bhakti, Cijantung, Jakarta Timur, Selasa.
Suroso menjelaskan spanduk itu dipasang Kamis malam pekan lalu oleh pihak yang diduga tim sukses salah satu calon.
"Waktu izin bilangnya mau ada kegiatan bakti sosial, selain itu pihak pengurus mushala juga tidak memberikan izin," lanjut Suroso.
Jumat 17 Maret spanduk berukuran panjang sekira empat meter itu terpajang di pinggir jalan depan mushala itu. Melihat hal itu, Suroso kemudian melapor kepada Bawaslu secara online dengan menyertakan foto spanduk.
"Bawaslu menjawab akan dicopot pada Senin (kemarin). Sekarang lihat sudah tidak ada spanduknya," kata Suroso.
Suroso menjelaskan spanduk itu tidak dicopot oleh warga atau pengurus mushalla guna menunjukkan sikap netral menjelang Pilkada putaran kedua. Selain itu, kendati spanduk terpasang selama tiga hari, warga sekitar juga tidak memusingkang hal itu.
"Masyarakat sudah cerdas dan tidak akan terprovokasi. Makanya kami serahkan kepada yang berwenang untuk mencopot. Pokoknya tidak boleh ada nuansa politik di rumah ibadah," tegas Suroso.
Seorang warga yang tinggal di belakang mushala itu mengatakan tidak peduli dengan spanduk yang pernah terpasang.
"Ya menang mushala itu selalu menyalatkan jenazah muslim. Bukan karena setelah ada spanduk itu. Warga di sini pintar, tidak termakan isu begitu," ucap salah seorang warga RT 1 yang menolak disebutkan namanya.