Semarang, ANTARA JATENG - Sebanyak 98 tim pelajar dari berbagai daerah mengikuti ajang "Polines Roboline Contest" yang digelar Politeknik Negeri Semarang (Polines) di Wisma Perdamaian, Semarang.

"Ini merupakan even yang kesembilan kalinya kami gelar. Ternyata, jumlah pesertanya kali ini lebih banyak," kata Ketua Panitia "Polines Roboline Contest" Imaduddien Ariefa di Semarang, Sabtu.

Tak hanya pelajar dari Pulau Jawa yang mengikuti lomba robot itu, kata dia, ada pula tim dari Palembang yang jauh-jauh datang dari Pulau Sumatera untuk mengadu robot "line follower" buatannya.

Menurut dia, robot yang dipertandingkan pada perlombaan itu hanya satu jenis, yakni "line follower" yang mengadopsi sistem analog karena sasarannya adalah kalangan pelajar pecinta robot pemula.

"Memang, sekarang ini sudah ada `line follower` digital, tetapi lebih mahal harganya. Kalau untuk pelajar kebanyakan, terutama sekolah dasar (SD) biasanya `line follower` analog," katanya.

Ia menyebutkan dana yang dikeluarkan untuk membuat "line follower" digital minimal Rp1 juta, sementara untuk versi analog dengan dana Rp500 ribu sudah bisa membuat "line follower" untuk lomba.

Maka dari itu, kata dia, peserta lomba juga tidak dibedakan kelasnya, melainkan dicampur baik untuk jenjang SD, sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).

"Dari pengalaman lomba-lomba sebelumnya, pemenang tidak ditentukan dari jenjang pendidikan. Tahun kemarin, tim yang menang malah dari SD meski lawan-lawannya tim dari SMP dan SMA," katanya.

Yang jelas, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Program Studi Konversi Energi Polines itu mengatakan perlombaan itu didasari keinginan mengenalkan dunia robotika kepada anak-anak sekolah.

"Semua robot yang dilombakan di sini harus kreasi sendiri, tidak boleh beli jadi. Kami ada tim yang melakukan pengecekan robot. Robot yang beli jadi dengan dibuat sendiri kelihatan bedanya," katanya.

Dari 98 tim, disaring menjadi 64 tim, kemudian 32 tim, 16 tim, sampai delapan tim, kemudian diseleksi lagi sampai menyisakan empat tim yang berhak memasuki babak final "Polines Roboline Follower".

Sementara itu, Arsy Muhammad Rafi Haikal (13), siswa SMP Muhammadiyah 3 Depok, Yogyakarta yang menjadi peserta lomba mengakui kecintaannya terhadap dunia robotika sudah sejak kecil.

"Sudah hobi robot sejak kecil, senang utak-utik. Saya buat sendiri robotnya selama dua hari, biayanya sekitar Rp1,25 juta. Tidak bisa masuk final, ya, tidak apa-apalah," katanya.

Dari sekolahnya, kata Arsy, setidaknya ada lima tim yang diterjunkan untuk berkompetisi pada "Polines Roboline Follower", termasuk timnya yang dinamainya Platinum Max. 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024