Magelang, Antara Jateng - Pemerintah Kota Magelang mempromosikan pengembangan kepariwisataan Gunung Tidar melalui "Festival Tidar" yang bakal diselenggarakan 9-11 Desember 2016 guna meningkatkan kunjungan masyarakat ke objek wisata tersebut.
"Melalui Festival Tidar nanti, kami ingin menjual destinasi Gunung Tidar kepada masyarakat luas. Harapan kami pada masa mendatang wisatawan mancanegara juga banyak yang berkunjung ke Gunung Tidar," kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Pemkot Magelang Hartoko dalam jumpa pers di Ruang Media Kompleks Kantor Pemkot Magelang di Magelang, Rabu.
Gunung Tidar terletak di tengah-tengan Kota Magelang, Jawa Tengah, yang meliputi tiga kecamatan dan 17 kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta warga itu.
Ia menjelaskan berbagai persiapan untuk festival dengan anggaran sekitar Rp406 juta itu, telah dilakukan sejak beberapa waktu lalu dengan melibatkan sejumlah kalangan masyarakat setempat.
Festival Tidar 2016 selain menggunakan tempat di Gunung Tidar juga di Alun-Alun Kota Magelang yang menjadi pusat aktivitas masyarakat setempat selama ini. Gunung Tidar hingga saat ini dikenal sebagai tempat wisata spiritual.
Ia mengatakan pada Jumat (9/12) sekitar 200 orang melakukan kegiatan "Resik-Resik Gunung Tidar" dilanjutkan prosesi ritual di puncak gunung tersebut.
Perwakilan warga dari 17 kelurahan, masing-masing membawa ingkung dan berbagai sarana lain, menuju puncak Gunung Tidar untuk keperluan prosesi ritual sebagai wujud doa yang dilanjutkan dengan makan bersama yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai "kembul bujana".
Ia mengatakan pada hari yang sama, di alun-alun setempat diselenggarakan pementasan wayang kulit sebagai bagian dari ruwat bumi dengan dalang Ki Radya Harsono berasal dari Muntilan, Kabupaten Magelang.
Pada malam harinya di tempat yang sama juga dipentaskan wayang kulit dengan dalang Ki Romo Widodo berasal dari Kabupaten Sragen.
Ia menjelaskan tentang tujuan ruwat bumi yang dalam masyarakat Jawa dipercaya sebagai penangkal dari sebagai marabahaya sehingga masyarakat di daerah setempat hidup sejahtera, tenteram dan damai.
Berbagai pementasan kesenian rakyat diselenggarakan pada Sabtu (10/12) siang dan dilanjutkan pementasan 20 grup musik akustik dan Nasidah Qasima, serta pementasan lainnya pada malam hari.
Puncak festival pada Minggu (11/12) berupa kirab budaya melibatkan perwakilan warga dari 17 kelurahan di Kota Magelang dari alun-alun hingga tempat di sekitar Gunung Tidar.
"Beberapa perwakilan dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Purworejo, Boyolali, Magelang, dan Wonosobo, juga akan mengikuti kirab," kata Hartoko.
Ia mengharapkan berbagai agenda yang telah disusun dalam Festival Tidar 2016 menjadi daya tarik kepariwisataan, khususnya bagi masyarakat Magelang dan sekitarnya.
"Melalui Festival Tidar nanti, kami ingin menjual destinasi Gunung Tidar kepada masyarakat luas. Harapan kami pada masa mendatang wisatawan mancanegara juga banyak yang berkunjung ke Gunung Tidar," kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Pemkot Magelang Hartoko dalam jumpa pers di Ruang Media Kompleks Kantor Pemkot Magelang di Magelang, Rabu.
Gunung Tidar terletak di tengah-tengan Kota Magelang, Jawa Tengah, yang meliputi tiga kecamatan dan 17 kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta warga itu.
Ia menjelaskan berbagai persiapan untuk festival dengan anggaran sekitar Rp406 juta itu, telah dilakukan sejak beberapa waktu lalu dengan melibatkan sejumlah kalangan masyarakat setempat.
Festival Tidar 2016 selain menggunakan tempat di Gunung Tidar juga di Alun-Alun Kota Magelang yang menjadi pusat aktivitas masyarakat setempat selama ini. Gunung Tidar hingga saat ini dikenal sebagai tempat wisata spiritual.
Ia mengatakan pada Jumat (9/12) sekitar 200 orang melakukan kegiatan "Resik-Resik Gunung Tidar" dilanjutkan prosesi ritual di puncak gunung tersebut.
Perwakilan warga dari 17 kelurahan, masing-masing membawa ingkung dan berbagai sarana lain, menuju puncak Gunung Tidar untuk keperluan prosesi ritual sebagai wujud doa yang dilanjutkan dengan makan bersama yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai "kembul bujana".
Ia mengatakan pada hari yang sama, di alun-alun setempat diselenggarakan pementasan wayang kulit sebagai bagian dari ruwat bumi dengan dalang Ki Radya Harsono berasal dari Muntilan, Kabupaten Magelang.
Pada malam harinya di tempat yang sama juga dipentaskan wayang kulit dengan dalang Ki Romo Widodo berasal dari Kabupaten Sragen.
Ia menjelaskan tentang tujuan ruwat bumi yang dalam masyarakat Jawa dipercaya sebagai penangkal dari sebagai marabahaya sehingga masyarakat di daerah setempat hidup sejahtera, tenteram dan damai.
Berbagai pementasan kesenian rakyat diselenggarakan pada Sabtu (10/12) siang dan dilanjutkan pementasan 20 grup musik akustik dan Nasidah Qasima, serta pementasan lainnya pada malam hari.
Puncak festival pada Minggu (11/12) berupa kirab budaya melibatkan perwakilan warga dari 17 kelurahan di Kota Magelang dari alun-alun hingga tempat di sekitar Gunung Tidar.
"Beberapa perwakilan dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Purworejo, Boyolali, Magelang, dan Wonosobo, juga akan mengikuti kirab," kata Hartoko.
Ia mengharapkan berbagai agenda yang telah disusun dalam Festival Tidar 2016 menjadi daya tarik kepariwisataan, khususnya bagi masyarakat Magelang dan sekitarnya.