Semarang, Antara Jateng - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Kota Semarang menyatakan bisnis pengiriman barang melalui kapal pada tahun ini anjlok hingga 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
"Penurunan ini terasa sekali. Kondisi ini terjadi karena dampak dari kenaikan mata uang dolar AS dan lesunya pasar dunia," kata Ketua ALFI Kota Semarang Ari Wibowo di Semarang, Jumat.
Penurunan 20 persen tersebut meliputi pengiriman baik ekspor maupun impor. Dikatakan, penurunan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga hampir di seluruh dunia.
Khusus di Jawa Tengah, penurunan pengiriman yang paling besar adalah produk furnitur dan kayu olahan. Sedangkan untuk tekstil juga mengalami penurunan tetapi tidak sebesar dua komoditas tersebut.
Terkait dengan penurunan tersebut, ALFI melakukan beberapa upaya baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, ALFI mengimbau seluruh anggotanya untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia.
"Dengan dilakukannya peningkatan mutu SDM akan menambah kepercayaan dari para 'customer'," katanya.
Sedangkan dari sisi eksternal, pihaknya melakukan kerja sama kemitraan dengan sejumlah pihaknya di antaranya Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah untuk melakukan "roadshow".
"Pada 'roadshow' ini segmen kami adalah UKM, kami ingin para pelaku UKM agar segera membuka pasar baru di luar negeri khususnya Afrika," katanya.
Pihaknya menilai, saat ini Afrika merupakan pasar yang strategis untuk digarap mengingat Amerika Serikat dan Eropa saat ini sedang mengalami kelesuan daya beli.
"Untuk produknya bisa bermacam-macam, di antaranya makanan, kerajinan tangan, furnitur, dan tekstil. Pada dasarnya karakteristik konsumen di sana hampir sama dengan dalam negeri," katanya.
"Penurunan ini terasa sekali. Kondisi ini terjadi karena dampak dari kenaikan mata uang dolar AS dan lesunya pasar dunia," kata Ketua ALFI Kota Semarang Ari Wibowo di Semarang, Jumat.
Penurunan 20 persen tersebut meliputi pengiriman baik ekspor maupun impor. Dikatakan, penurunan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga hampir di seluruh dunia.
Khusus di Jawa Tengah, penurunan pengiriman yang paling besar adalah produk furnitur dan kayu olahan. Sedangkan untuk tekstil juga mengalami penurunan tetapi tidak sebesar dua komoditas tersebut.
Terkait dengan penurunan tersebut, ALFI melakukan beberapa upaya baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, ALFI mengimbau seluruh anggotanya untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia.
"Dengan dilakukannya peningkatan mutu SDM akan menambah kepercayaan dari para 'customer'," katanya.
Sedangkan dari sisi eksternal, pihaknya melakukan kerja sama kemitraan dengan sejumlah pihaknya di antaranya Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah untuk melakukan "roadshow".
"Pada 'roadshow' ini segmen kami adalah UKM, kami ingin para pelaku UKM agar segera membuka pasar baru di luar negeri khususnya Afrika," katanya.
Pihaknya menilai, saat ini Afrika merupakan pasar yang strategis untuk digarap mengingat Amerika Serikat dan Eropa saat ini sedang mengalami kelesuan daya beli.
"Untuk produknya bisa bermacam-macam, di antaranya makanan, kerajinan tangan, furnitur, dan tekstil. Pada dasarnya karakteristik konsumen di sana hampir sama dengan dalam negeri," katanya.