New York, Antara Jateng- Saham-saham di Wall Street berakhir turun pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena para investor cemas tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve di bulan-bulan mendatang.
Ini merupakan kerugian sesi kedua berturut-turut di Wall Street, di mana investor sudah gelisah akibat ketidakpastian dari pertarungan yang ketat menjelang pemilihan presiden AS pada 8 November.
Poundterling tergelincir ke posisi terendah dalam lebih dari tiga dekade setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pemisahan negaranya dari Uni Eropa tidak akan "berjalan mulus" dan
akan ada "gundukan-gundukan di jalan."
Sementara pound yang lebih lemah mengirim saham-saham Inggris melonjak, mengangkat kekhawatiran di kalangan investor AS.
"Jelas ada beberapa dampak berkelanjutan dari prospek pemisahan Inggri dari Uni Eropa yang sedikit lebih kacau," kata Bill Northey, kepala investasi untuk kelompok klien swasta di Bank AS di Helena,
Montana.
Kecemasan tentang kenaikan suku bunga mendatang juga kembali ke depan setelah Presiden Federal Reserve Richmond Jeffrey Lacker mengatakan ia akan memberikan suara mendukung peningkatan pada pertemuan kebijakan terbaru yang telah mampu melakukannya.
Pedagang telah menghargakan peluang 63 persen Fed menaikkan suku bunga pada Desember, menurut FedWatch CME Group.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi AS 2016 menjadi 1,6 persen dari 2,2 persen dan melukiskan gambaran suram ekonomi global.
Sepuluh dari 11 besar indeks S&P 500 jatuh, dengan sektor utilitas yang membayar dividen tertinggi merosot 2,17 persen dan jasa telekomunikasi turun 1,67 persen.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,47 persen menjadi berakhir di 18.168,45 dan S&P 500 kehilangan 0,5 persen menjadi ditutup pada 2.150,49. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq berkurang 0,21 persen menjadi 5.289,66.
Perhatian investor beralih ke keuntungan perusahaan, karena laporan hasil kuartal ketiga akan bergulir di dalam beberapa minggu ke depan. Sebuah kegagalan untuk memenuhi harapan yang rendah dapat memberikan tekanan baru pada pasar ekuitas yang sudah diperdagangkan pada valuasi di atas rata-rata historis.
Perusahaan-perusahaan S&P 500 rata-rata diperkirakan mencatat penurunan 0,5 persen tahun-ke-tahun dalam laba kuartal September, merupakan penurunan kuartalan kelima berturut-turut, menurut data Thomson Reuters.
Ini merupakan kerugian sesi kedua berturut-turut di Wall Street, di mana investor sudah gelisah akibat ketidakpastian dari pertarungan yang ketat menjelang pemilihan presiden AS pada 8 November.
Poundterling tergelincir ke posisi terendah dalam lebih dari tiga dekade setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pemisahan negaranya dari Uni Eropa tidak akan "berjalan mulus" dan
akan ada "gundukan-gundukan di jalan."
Sementara pound yang lebih lemah mengirim saham-saham Inggris melonjak, mengangkat kekhawatiran di kalangan investor AS.
"Jelas ada beberapa dampak berkelanjutan dari prospek pemisahan Inggri dari Uni Eropa yang sedikit lebih kacau," kata Bill Northey, kepala investasi untuk kelompok klien swasta di Bank AS di Helena,
Montana.
Kecemasan tentang kenaikan suku bunga mendatang juga kembali ke depan setelah Presiden Federal Reserve Richmond Jeffrey Lacker mengatakan ia akan memberikan suara mendukung peningkatan pada pertemuan kebijakan terbaru yang telah mampu melakukannya.
Pedagang telah menghargakan peluang 63 persen Fed menaikkan suku bunga pada Desember, menurut FedWatch CME Group.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi AS 2016 menjadi 1,6 persen dari 2,2 persen dan melukiskan gambaran suram ekonomi global.
Sepuluh dari 11 besar indeks S&P 500 jatuh, dengan sektor utilitas yang membayar dividen tertinggi merosot 2,17 persen dan jasa telekomunikasi turun 1,67 persen.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,47 persen menjadi berakhir di 18.168,45 dan S&P 500 kehilangan 0,5 persen menjadi ditutup pada 2.150,49. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq berkurang 0,21 persen menjadi 5.289,66.
Perhatian investor beralih ke keuntungan perusahaan, karena laporan hasil kuartal ketiga akan bergulir di dalam beberapa minggu ke depan. Sebuah kegagalan untuk memenuhi harapan yang rendah dapat memberikan tekanan baru pada pasar ekuitas yang sudah diperdagangkan pada valuasi di atas rata-rata historis.
Perusahaan-perusahaan S&P 500 rata-rata diperkirakan mencatat penurunan 0,5 persen tahun-ke-tahun dalam laba kuartal September, merupakan penurunan kuartalan kelima berturut-turut, menurut data Thomson Reuters.