Berlin, Antara Jateng- Kekalahan kandang memalukan bagi Angela Merkel pada pemilihan umum negara bagian kampung halamannya membuat harapan kanselir Jerman tersebut semakin tipis untuk terpilih kembali pada 2017.
Di negara bagian Meclenburg-Vorpommen pada Ahad, partai asal tempat Merkel berkarir, Demokrat Kristen (CDU), hanya menempati urutan ketiga di bawah Sosial Demokrat (SPD) dan partai anti-imigran Alternatif untuk Jerman (AfD), lapor Reuters.
Merkel, yang ketenarannya 11 tahun belakangan selalu berhasil membawa kelompok koservatif menang pemilihan umum, saat ini berubah menjadi titik lemah.
Kubu konservatif, yang berkuasa di Jerman selama 47 tahun dalam 65 tahun terakhir, menyalahkan sikap pro-pengungsi Merkel atas kekalahan mereka pada pemilihan umum negara bagian.
Partai AfD berhasil menangguk suara besar akibat sikap keras mereka terhadap kedatangan satu juta pengungsi pada tahun lalu. Mereka menjadikan isu tersebut sebagai alat untuk memukul Merkel, yang pada tahun lalu memutuskan kebijakan pintu terbuka bagi mereka yang mengungsi dari negara-negara konflik.
"Orang akan menilai hal ini sebagai awal dari tenggelamnya sang kanselir," kata Gero Naugebauer, ilmuan politik di Free University, Berlin, mengenai kekalahan Merkel di kampung halamannya.
"Jika kader-kader CDU mulai menyalahkan Merkel atas kekalahan ini, dan anggota parlemen menilainya sebagai tanda bahaya, maka situasi akan menjadi sulit dikendalikan. Terutama jika AfD kembali mengalahkan CDU pada pemilu di Berlin dua pekan mendatang," kata dia.
Ketidak-setujuan atas kebijakan pintu terbuka Merkel menyebar di bagian utara Jerman yang paling sedikit menerima kehadiran orang asing. Hanya ada sekitar 20.000 pengungsi di wilayah tersebut, dan hanya 65.004 orang asing dari 1,6 juta penduduk di negara bagian Mecklenburg-Vorpommern.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa popularitas Merkel jatuh dari 67 persen menjadi 45 persen--atau terendah dalam lima tahun terakhir.
Partai konservatif juga diperkirakan hanya akan menangguk suara sebesar 33 persen, turun dari 41 persen satu tahun lalu, demikian jajak pendapat dari ARD TV kepada Infratest Dimap.
Jika skenario itu terjadi, partai-partai konservatif tahun depan akan kehilangan 30 kursi dari 310 yang mereka kuasai saat ini.
"Satu-satunya persoalan yang warga pedulikan adalah kebijakan salah Merkel terhadap pendatang. Kebijakan pintu terbuka bukan merupakan keinginan rakyat. Ini adalah awal dari akhir kekuasaan Merkel," kata Leif-Erik Holm, ketua AfD di Mecklenburg-Vorpommern.
Menurut laporan majalah "Der Spiegel", Merkel menunda pengumuman kadidasinya untuk posisi kanselir akibat perlawanan dari sesama partai konservatif, Persatuan Sosial Kristiani (CSU).
Muncul kabar burung bahwa ketua CSU, Horst Seehorf, mempertimbangkan ikut bersaing memperebutkan jabatan kanselir.
Di negara bagian Meclenburg-Vorpommen pada Ahad, partai asal tempat Merkel berkarir, Demokrat Kristen (CDU), hanya menempati urutan ketiga di bawah Sosial Demokrat (SPD) dan partai anti-imigran Alternatif untuk Jerman (AfD), lapor Reuters.
Merkel, yang ketenarannya 11 tahun belakangan selalu berhasil membawa kelompok koservatif menang pemilihan umum, saat ini berubah menjadi titik lemah.
Kubu konservatif, yang berkuasa di Jerman selama 47 tahun dalam 65 tahun terakhir, menyalahkan sikap pro-pengungsi Merkel atas kekalahan mereka pada pemilihan umum negara bagian.
Partai AfD berhasil menangguk suara besar akibat sikap keras mereka terhadap kedatangan satu juta pengungsi pada tahun lalu. Mereka menjadikan isu tersebut sebagai alat untuk memukul Merkel, yang pada tahun lalu memutuskan kebijakan pintu terbuka bagi mereka yang mengungsi dari negara-negara konflik.
"Orang akan menilai hal ini sebagai awal dari tenggelamnya sang kanselir," kata Gero Naugebauer, ilmuan politik di Free University, Berlin, mengenai kekalahan Merkel di kampung halamannya.
"Jika kader-kader CDU mulai menyalahkan Merkel atas kekalahan ini, dan anggota parlemen menilainya sebagai tanda bahaya, maka situasi akan menjadi sulit dikendalikan. Terutama jika AfD kembali mengalahkan CDU pada pemilu di Berlin dua pekan mendatang," kata dia.
Ketidak-setujuan atas kebijakan pintu terbuka Merkel menyebar di bagian utara Jerman yang paling sedikit menerima kehadiran orang asing. Hanya ada sekitar 20.000 pengungsi di wilayah tersebut, dan hanya 65.004 orang asing dari 1,6 juta penduduk di negara bagian Mecklenburg-Vorpommern.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa popularitas Merkel jatuh dari 67 persen menjadi 45 persen--atau terendah dalam lima tahun terakhir.
Partai konservatif juga diperkirakan hanya akan menangguk suara sebesar 33 persen, turun dari 41 persen satu tahun lalu, demikian jajak pendapat dari ARD TV kepada Infratest Dimap.
Jika skenario itu terjadi, partai-partai konservatif tahun depan akan kehilangan 30 kursi dari 310 yang mereka kuasai saat ini.
"Satu-satunya persoalan yang warga pedulikan adalah kebijakan salah Merkel terhadap pendatang. Kebijakan pintu terbuka bukan merupakan keinginan rakyat. Ini adalah awal dari akhir kekuasaan Merkel," kata Leif-Erik Holm, ketua AfD di Mecklenburg-Vorpommern.
Menurut laporan majalah "Der Spiegel", Merkel menunda pengumuman kadidasinya untuk posisi kanselir akibat perlawanan dari sesama partai konservatif, Persatuan Sosial Kristiani (CSU).
Muncul kabar burung bahwa ketua CSU, Horst Seehorf, mempertimbangkan ikut bersaing memperebutkan jabatan kanselir.