Sukoharjo, Antara Jateng - Produksi kerajinan mebel rotan di daerah sentral Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tetap diminati konsumen mancanegara.
Jumlah ekspor mebel rotan produksi asal Desa Trangsan Sukoharjo rata-rata sekitar 60 hingga 70 kontainer per bulan ke mancanegara, kata Ketua Koperasi "Trangsan Manunggal Jaya", Suparji, di Sukoharjo, Minggu.
"Industri mebel rotan asal Trangsan masih tetap diminta konsumen luar negeri, meski tidak seperti pada masa kejayaan pada sekitar 1990," kata Suparji.
Menurut Suparji, para perajin Trangsan Gatak pada pasa kejayaan pada 1990, rata-rata mampu mengekspor ke luar negeri hingga 500 kontainer per bulan.
Kendati demikian, pihaknya tetap yakin mebel rotan saat ini, mulai ada pertumbuhan atau mengalami peningkatan dibanding beberapa builan yang lalu rata-rata ekspor hanya sekitar 50 kontainer per bulan.
"Produk mebel rotan asal Trangsan banyak diekspor ke Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa," kata Suparji.
Selain itu, para perajin hingga sekarang sudah tidak lagi mengalami kesulitan bahan baku, karena Desa Trangsan kini sudah dijadikan sentral rotan dan harganya lebih murah, sehingga mereka dapat lebih kreatif enovasi dan meningkatkan produksinya.
Menurut dia, sejak Pemerintah melarang ekspor bahan baku mental rotan beberapa tahun ini, sangat menguntungkan perajin. Karena, Indonesia menjadi pemain tunggal menguasai rotan mentah untuk prosuksi kerajinan mebel di pasar global.
"Tiongkok dahulu banyak diuntungkan mengolah bahan baku rotan asal Indonesia, saat rotan mentan belum dilarang. Tiongkok hampir menguasai pasar dunia mebel rotan," katanya.
Namun, perajin rotan asal Trangsan kini melakukan banyak inovasi desain produk, sehingga tetap diminati konsumen di pasar global.
Bahkan, kata dia, produk kerajinan rotan di pasar lokal sekarang juga cukup menjanjikan banyak pelanggan yang datang sendiri melihat langsung proses produksi di showroom di Trangsan dijadikan desa wisata di Sukoharjo.
Menurut Madimin (56) seorang perajin di Desa Trangsan, Gatak Sukoharjo, kerajinan rotan di Trangsan masih ekses hingga sekarang.
Bahkan, perajin pada Lebaran beberapa waktu lalu banyak dibanjiri pesanan seperti keranjang parcel rotan dan mebel lainnya. Pihaknya menerima pesanan keranjang parcel mencapai 8.000 hingga 10 ribu biji baik datang dari Semarang, Solo, Yogyakarta.
"Saya melihat konsumen mulai tertarik kembali dengan produk kerajinan rotan. Kami berharap kerajinan rotan mengalami pertumbuhan ke depan," kata Madimin.
Jumlah ekspor mebel rotan produksi asal Desa Trangsan Sukoharjo rata-rata sekitar 60 hingga 70 kontainer per bulan ke mancanegara, kata Ketua Koperasi "Trangsan Manunggal Jaya", Suparji, di Sukoharjo, Minggu.
"Industri mebel rotan asal Trangsan masih tetap diminta konsumen luar negeri, meski tidak seperti pada masa kejayaan pada sekitar 1990," kata Suparji.
Menurut Suparji, para perajin Trangsan Gatak pada pasa kejayaan pada 1990, rata-rata mampu mengekspor ke luar negeri hingga 500 kontainer per bulan.
Kendati demikian, pihaknya tetap yakin mebel rotan saat ini, mulai ada pertumbuhan atau mengalami peningkatan dibanding beberapa builan yang lalu rata-rata ekspor hanya sekitar 50 kontainer per bulan.
"Produk mebel rotan asal Trangsan banyak diekspor ke Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa," kata Suparji.
Selain itu, para perajin hingga sekarang sudah tidak lagi mengalami kesulitan bahan baku, karena Desa Trangsan kini sudah dijadikan sentral rotan dan harganya lebih murah, sehingga mereka dapat lebih kreatif enovasi dan meningkatkan produksinya.
Menurut dia, sejak Pemerintah melarang ekspor bahan baku mental rotan beberapa tahun ini, sangat menguntungkan perajin. Karena, Indonesia menjadi pemain tunggal menguasai rotan mentah untuk prosuksi kerajinan mebel di pasar global.
"Tiongkok dahulu banyak diuntungkan mengolah bahan baku rotan asal Indonesia, saat rotan mentan belum dilarang. Tiongkok hampir menguasai pasar dunia mebel rotan," katanya.
Namun, perajin rotan asal Trangsan kini melakukan banyak inovasi desain produk, sehingga tetap diminati konsumen di pasar global.
Bahkan, kata dia, produk kerajinan rotan di pasar lokal sekarang juga cukup menjanjikan banyak pelanggan yang datang sendiri melihat langsung proses produksi di showroom di Trangsan dijadikan desa wisata di Sukoharjo.
Menurut Madimin (56) seorang perajin di Desa Trangsan, Gatak Sukoharjo, kerajinan rotan di Trangsan masih ekses hingga sekarang.
Bahkan, perajin pada Lebaran beberapa waktu lalu banyak dibanjiri pesanan seperti keranjang parcel rotan dan mebel lainnya. Pihaknya menerima pesanan keranjang parcel mencapai 8.000 hingga 10 ribu biji baik datang dari Semarang, Solo, Yogyakarta.
"Saya melihat konsumen mulai tertarik kembali dengan produk kerajinan rotan. Kami berharap kerajinan rotan mengalami pertumbuhan ke depan," kata Madimin.