Palu, Antara Jateng - Polisi memastikan satu dari dua jenazah yang tewas dalam baku tembak di hutan Poso adalah pemimpin kelompok sipil bersenjata Santoso.
"Dari hasil pemeriksaan identifikasi luar, saya selaku kepala operasi menyatakan bahwa hasil kontak tembak kemarin (18/7) sekitar jam 17.00 sampai 18.30 Wita salah satunya adalah DPO gembong teroris Santoso," kata Kepala Operasi Tinombala Kombes Pol Leo Bona Lubis di Palu, Selasa.
Sementara satu jenazah lainnya berdasarkan hasil identifikasi luar adalah daftar pencarian orang bernama Muhtar.
"Ini hasil identifikasi luar," katanya.
Leo juga mengatakan untuk kepentingan penyelidikan polisi masih menunggu sampel DNA dari pihak keluarga. Sampel tersebut sudah diambil namun masih dalam perjalanan menuju Palu.
Wakapolda Sulawesi Tengah itu mengatakan sejak operasi Tinombala berlangsung Januari 2016 kelompok pengikut Santoso sudah terpecah. Tujuh di antaranya ikut dalam kelompok Santoso sementara lainnya ikut dalam kelompok Basri.
Dia mengatakan kontak senjata antarkelompok Santoso dengan aparat terjadi di salah satu hutan lebat di Tambarana, Poso Pesisir, sekitar 10 kilometer dari Polsek Poso Pesisir Utara.
Diperkirakan kontak tersebut berlangsung dari pukul 17.00 Wita sampai pukul 18.30 Wita.
Dari kontak senjata tersebut menewaskan dua orang, satu di antaranya hampir dipastikan adalah Santoso.
"Dari ciri-ciri fisik diperkuat lagi dengan keluarga dari tersangka DPO," katanya.
Aparat juga menyita barang bukti berupa satu pucuk senjata jenis M16, empat buah magasin, telepon genggam merek Samsung, empat buah kartu telepon, dan sejumlah alat masak, pakaian dan tenda.
"Dari hasil pemeriksaan identifikasi luar, saya selaku kepala operasi menyatakan bahwa hasil kontak tembak kemarin (18/7) sekitar jam 17.00 sampai 18.30 Wita salah satunya adalah DPO gembong teroris Santoso," kata Kepala Operasi Tinombala Kombes Pol Leo Bona Lubis di Palu, Selasa.
Sementara satu jenazah lainnya berdasarkan hasil identifikasi luar adalah daftar pencarian orang bernama Muhtar.
"Ini hasil identifikasi luar," katanya.
Leo juga mengatakan untuk kepentingan penyelidikan polisi masih menunggu sampel DNA dari pihak keluarga. Sampel tersebut sudah diambil namun masih dalam perjalanan menuju Palu.
Wakapolda Sulawesi Tengah itu mengatakan sejak operasi Tinombala berlangsung Januari 2016 kelompok pengikut Santoso sudah terpecah. Tujuh di antaranya ikut dalam kelompok Santoso sementara lainnya ikut dalam kelompok Basri.
Dia mengatakan kontak senjata antarkelompok Santoso dengan aparat terjadi di salah satu hutan lebat di Tambarana, Poso Pesisir, sekitar 10 kilometer dari Polsek Poso Pesisir Utara.
Diperkirakan kontak tersebut berlangsung dari pukul 17.00 Wita sampai pukul 18.30 Wita.
Dari kontak senjata tersebut menewaskan dua orang, satu di antaranya hampir dipastikan adalah Santoso.
"Dari ciri-ciri fisik diperkuat lagi dengan keluarga dari tersangka DPO," katanya.
Aparat juga menyita barang bukti berupa satu pucuk senjata jenis M16, empat buah magasin, telepon genggam merek Samsung, empat buah kartu telepon, dan sejumlah alat masak, pakaian dan tenda.