Jakarta, Antara Jateng - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault menilai bakal calon gubernur DKI Jakarta incumbent Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memiliki nilai plus dan minus memimpin DKI Jakarta.
"Saya berpandangan obyektif pada Ahok. Saya melihat Ahok memiliki plus-minus dalam memimpin DKI Jakarta," kata Adhyaksa Dault kepada pers di Jakarta, Sabtu.
Menurut Adhyaksa, nilai plus Ahok adalah, dia berhasil membuat program anggaran secara transparan dengan pendekatan elektronik yakni e-budgeting, sehingga dapat terlihat secara transparan.
Dengan pola e-budgeting ini, kata dia, maka penyimpangan anggaran dapat cepat diketahui.
Di sisi lain, Ahok dinilainya juga memiliki nilai minus terutama komunikasi internal dengan para stafnya yakni para pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan jajarannya.
"Pernyataan-pernyataan Ahok kepada bawahannya sering muncul kata-lata kasar yang kurang pantas diucapkan," katanya.
Adhyaksa yang siap maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta dari jalur perseorangan ini juga menyatakan prihatin pada kebijakan Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta yang melakukan penggusuran kawasan pemukiman warga yang bersejarah di Luar Batang, Jakarta Utara.
Menurut dia, Kelurahan Luar Batang adalah kawasan yang memiliki situs sejarah dan cagar budaya. Kalau sampai digusur maka akan menghilang identitas dan jejak sejarah Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ini juga mengatakan, Jakarta ke depan membutuhkan figur pemimpin dan bukan penguasa.
Figur pemimpinan, kata dia, pendekatannya adalah kompetensi dan kapasitas figur dan bukannya kekuatan finansial atau sekadar popularitas.
"Pemimpin yang mumpuni dan memimpin Jakarta dengan manajerial yang profesional, maka dapat mengatasi persoalan-persoalan mendasar di Jakarta, terutama banjir dan kemacetan arus lalulintas," katanya.
"Saya berpandangan obyektif pada Ahok. Saya melihat Ahok memiliki plus-minus dalam memimpin DKI Jakarta," kata Adhyaksa Dault kepada pers di Jakarta, Sabtu.
Menurut Adhyaksa, nilai plus Ahok adalah, dia berhasil membuat program anggaran secara transparan dengan pendekatan elektronik yakni e-budgeting, sehingga dapat terlihat secara transparan.
Dengan pola e-budgeting ini, kata dia, maka penyimpangan anggaran dapat cepat diketahui.
Di sisi lain, Ahok dinilainya juga memiliki nilai minus terutama komunikasi internal dengan para stafnya yakni para pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan jajarannya.
"Pernyataan-pernyataan Ahok kepada bawahannya sering muncul kata-lata kasar yang kurang pantas diucapkan," katanya.
Adhyaksa yang siap maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta dari jalur perseorangan ini juga menyatakan prihatin pada kebijakan Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta yang melakukan penggusuran kawasan pemukiman warga yang bersejarah di Luar Batang, Jakarta Utara.
Menurut dia, Kelurahan Luar Batang adalah kawasan yang memiliki situs sejarah dan cagar budaya. Kalau sampai digusur maka akan menghilang identitas dan jejak sejarah Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ini juga mengatakan, Jakarta ke depan membutuhkan figur pemimpin dan bukan penguasa.
Figur pemimpinan, kata dia, pendekatannya adalah kompetensi dan kapasitas figur dan bukannya kekuatan finansial atau sekadar popularitas.
"Pemimpin yang mumpuni dan memimpin Jakarta dengan manajerial yang profesional, maka dapat mengatasi persoalan-persoalan mendasar di Jakarta, terutama banjir dan kemacetan arus lalulintas," katanya.