Banjarnegara – Petani Dieng bersama dengan praktisi mulai merintis pengembangan industri bunga mawar untuk dijadikan essence oil yang memiliki nilai jual tinggi, selain sebagai destinasi pariwisata.

Petani menggandeng praktisi di bidang essence oil dan pakar penelitian dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Sarwo Edi, salah satu petani yang juga penggiat pariwisata Dieng di Banjarnegara mengatakan hasil observasi awal menyebutkan bahwa Dieng merupakan tempat yang sangat cocok untuk pengembangan bunga Mawar.

Hal tersebut disampaikan Sarwo Edi saat saat audiensi dengan Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno di rumah dinas pada minggu ketiga April 2016.

Lingkungan Dieng sepadan dengan lingkungan pusat pengembangan bunga Mawar di Bulgaria yang menjadi rujukan pengembangan industri essence oil untuk bahan baku parfum.

"Bunga Mawar dapat tumbuh bagus di ketinggian 1000 m – 2000 m lebih, di atas permukaan air laut. Dan Dieng berada di skala itu. Observasi pertama oleh tim telah dilakukan dan akan dilanjutkan untuk tahap lebih detil lagi. Bila langkah ini berlanjut, kami mengharapkan dukungannya dari pihak Pemkab untuk pengembangannya ke depan," katanya.

Sarwo Edi mengatakan hasil pengembangan bunga mawar tersebut dapat setara dengan budi daya kentang, sehingga perlu dilakukan langkah nyata dengan pengembangan bunga mawar dan dimulai dari tanah milik petani bekas lahan budidaya strawberi di Desa Pakisan.

Lutfi, dosen farmasi UII yang menjadi pendamping pengembangan bunga mawar menyebutkan bahwa nilai jual hasil pengolahan essence oil dari bunga mawar dengan grade bagus nilai jual di pasar per cc dalam dolar senilai dengan Rp2,5 juta.

Volume 1 cc tersebut merupakan hasil dari panenan bunga mawar seberat 1 ton dan hal itu menjadi menarik mengingat usia tanam hingga panen bunga mawar hanya butuh waktu tiga hingga empat bulan dan untuk selanjutnya selama bertahun-tahun petani tinggal memanen tiap minggunya.

"Pendampingan kami tidak hanya sampai petani menanam dan menghasilkan, namun kami juga siap mempertemukan petani dengan pembelinya. Sehingga masalah pemasarannya ke depan petani tidak perlu khawatir," katanya.

Di dalam hal penyulingan minyak, lanjut Lutfi, juga tidak butuh peralatan mahal dan besar, karena penyulingan bisa dilakukan secara sederhana dengan bantuan lemak hewan, sehingga semua petani bisa melakukannya secara mandiri dan sangat memungkinkan dilakukan dalam skala UMKM.

Penyulingan tersebut dilakukan dengan cara lemak hewan digelar di papan kemudian bunga mawar ditebar dan ditaruh di atasnya, kemudian lapak tersebut ditempatkan di rak-rak lemari yang tertutup serta biarkan selama dua hari.

"Di dalam waktu dua hari tersebut minyak bunga mawar akan keluar diserap lemak. Untuk mendapatkan minyak tinggal memisahkan minyak dengan lemak. Dalam pemisahan, minyak bunga mawar akan terpisah dengan sendirinya," katanya.

Lutfi mengatakan keuntungan lain yang diperoleh dari pengembangan bunga mawar adalah kebun-kebun bunga mawar yang akan menambah daya tarik obyek wisata baru di kawasan Dataran Tinggi Dieng seperti yang dikembangkan di daerah lain seiring tren wisata selfie.

"Mahasiswa KKN juga bisa membantu dalam hal pengembangan essence oil minyak mawar. Bersama petani mereka bisa melakukan penelitian untuk pengembangan produk-produk essence oil sehingga bisa untuk peningkatan kualitas produk agar nilai jual bagus di pasaran," katanya.

Wakil Bupati Hadi Supeno mengapresiasi upaya para petani dan dirinya berharap dapat dilakukan secara maksimal dan tidak sama nasibnya dengan pengembangan minyak atsiri dari pohon Eucaliptus yang pernah dilakukan, saat petani telah mau bekerja sama dan menanam pohon dalam jumlah massal namun mereka dikecewakan karena ketidakjelasan tindak lanjutnya, sehingga saat ini banyak pohon Eucalyptus yang ditebang.

"Intinya kalau mau dilaksanakan pengembangannya dengan melibatkan banyak pihak, pastikan dulu perencanaannya. Termasuk tindak lanjutnya ke depan. Jangan sampai warga Dieng dikecewakan lagi," demikian Wakil Bupati Hadi Supeno. (hms)

Pewarta : -
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024