"Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Guncangan memang cukup keras. Namun tidak merusak," Kata Kepala Pusdatin dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan, pemantauan di lapangan terus dilakukan untuk mengkaji dampak gempa.
"Delapan kecamatan di Kabupaten Garut yaitu Pameungpeuk, Bungbulang, Cisompet, Caringin, Banjarwangi, Singajaya, Mekarmukti, dan Cikelet dilaporkan kondisi aman, tidak ada kerusakan bangunan," katanya.
Masyarakat setempat, kata dia, sempat merasakan gempa susulan 4,7 SR pada Rabu malam (6/4) pukul 22.00 WIB dengan pusat gempa di barat daya Garut pada kedalaman 61 kilometer.
"Aktivitas masyarakat pada saat ini normal, namun masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap gempa yang bisa datang mendadak. Gempa tidak dapat diprediksikan. Dapat terjadi kapan saja tanpa ada peringatan sebelumnya," katanya.
Dia menambahkan, wilayah di Selatan Jawa memang rawan gempa bumi dan tsunami. Sumber ancaman gempa berasal dari jalur subduksi atau pertemuan lempeng tektonik Hindia Australia dan lempeng Eurasia.
Kedua tumbukan lempeng tadi bergerak aktif rata-rata 5 - 7 centimeter per tahun ke arah Utara dan Timur Laut.
Pelepasan energi gempa besar baru terjadi di selatan Banyuwangi pada tahun 1994 dan selatan Pangandaran tahun 2006.
Sedangkan daerah di sepanjang jalur subduksi lainnya tidak diketahui karena terbatasnya data sehingga dikenal sebagai "seismic gap".
Dia menambahkan, ancaman gempa juga dari sesar yang ada di darat seperti sesar Lembang, Cimandiri, Opak dan lainnya.
"Pemda, masyarakat dan dunia usaha perlu meningkatkan latihan dan sosialisasi agar masyarakat siap menghadapi gempa dan tsunami. Bangunan harus kuat dengan kontruksi tahan gempa," katanya.
Dia menjelaskan, pemantauan di lapangan terus dilakukan untuk mengkaji dampak gempa.
"Delapan kecamatan di Kabupaten Garut yaitu Pameungpeuk, Bungbulang, Cisompet, Caringin, Banjarwangi, Singajaya, Mekarmukti, dan Cikelet dilaporkan kondisi aman, tidak ada kerusakan bangunan," katanya.
Masyarakat setempat, kata dia, sempat merasakan gempa susulan 4,7 SR pada Rabu malam (6/4) pukul 22.00 WIB dengan pusat gempa di barat daya Garut pada kedalaman 61 kilometer.
"Aktivitas masyarakat pada saat ini normal, namun masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap gempa yang bisa datang mendadak. Gempa tidak dapat diprediksikan. Dapat terjadi kapan saja tanpa ada peringatan sebelumnya," katanya.
Dia menambahkan, wilayah di Selatan Jawa memang rawan gempa bumi dan tsunami. Sumber ancaman gempa berasal dari jalur subduksi atau pertemuan lempeng tektonik Hindia Australia dan lempeng Eurasia.
Kedua tumbukan lempeng tadi bergerak aktif rata-rata 5 - 7 centimeter per tahun ke arah Utara dan Timur Laut.
Pelepasan energi gempa besar baru terjadi di selatan Banyuwangi pada tahun 1994 dan selatan Pangandaran tahun 2006.
Sedangkan daerah di sepanjang jalur subduksi lainnya tidak diketahui karena terbatasnya data sehingga dikenal sebagai "seismic gap".
Dia menambahkan, ancaman gempa juga dari sesar yang ada di darat seperti sesar Lembang, Cimandiri, Opak dan lainnya.
"Pemda, masyarakat dan dunia usaha perlu meningkatkan latihan dan sosialisasi agar masyarakat siap menghadapi gempa dan tsunami. Bangunan harus kuat dengan kontruksi tahan gempa," katanya.