"Saya terinspirasi membikin alat ini (pendeteksi banjir) karena di Semarang ini selama ini sering banjir. Jadi, saya ciptakan alat pendeteksi ketinggian air," katanya di Semarang, Senin.

Alat pendeteksi banjir karyanya itu merupakan salah satu yang dipamerkan pada "Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Karya Dosen Perguruan Tinggi dan Balitbangda" di Hotel Crowne Plaza Semarang.

Pameran hasil penelitian yang berlangsung 12-13 Oktober 2015 itu diikuti belasan perguruan tinggi, baik negeri dan swasta dan dibuka oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir.

Wiwid yang berkuliah di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Unissula itu menjelaskan, memulai proyek alat pendeteksi banjir itu dengan membuat prototipe yang menelan biaya Rp4 juta.

"Kalau untuk prototipe seperti yang saya pamerkan ini biaya pembuatannya sekitar Rp4 juta. Kebetulan, saya mendapatkan hibah dana Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Dikti untuk meneliti ini," katanya.

Ia menjelaskan cara kerja alat pendeteksi banjir itu adalah mendeteksi ketinggian air sesuai tingkat yang diinginkan dan jika sudah melampaui batasan ketinggian akan mengirimkan SMS kepada pengguna.

"Jadi, bisa disetel ke nomor pengguna, misalnya petugas pengendali banjir. Begitu ketinggian air melebihi batas yang ditentukan akan mengirimkan peringatan melalui SMS," kata mahasiswa angkatan 2011 itu.

Namun, kata dia, kegunaan alat itu bukan hanya mendeteksi banjir, melainkan disetel pula untuk melakukan penanganan, yakni dihubungkan dengan pompa air yang langsung menyedot air yang melebihi batas.

"Alat ini sudah diaplikasikan di PT Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP). Deteksi ketinggian air sudah 'oke', kendalanya pada penanganan karena harus menyesuaikan pompa air yang dioperasikan," katanya.

Menurut dia, langkah penanganan berjalan optimal apabila pompa air yang digunakan bertenaga listrik meski sebenarnya bisa diatur untuk berbagai jenis pompa, termasuk berbahan bakar bensin dan solar.

"Makanya, kami masih terus meriset menyesuaikan model pompa air yang digunakan di PRPP, yakni pompa air diesel berbahan bakar solar. Biaya pembuatan alat ini yang siap aplikasi sekitar Rp11 juta," pungkasnya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : hernawan
Copyright © ANTARA 2024