Oleh karena itu, sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan, Pertamina RU IV Cilacap bersama masyarakat menggelar kegiatan "Coastal Clean Up" (membersihkan pesisir pantai) di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jumat.
"Kegiatan ini sebenarnya adalah tanggung jawab moral kami karena kemarin sempat ada ceceran minyak sedikit. Walaupun sebenarnya sudah bersih dan sudah 'clean' dalam waktu dua hari," kata General Manager Pertamina RU IV Cilacap Nyoman Sukadana di sela-sela kegiatan.
Menurut dia, upaya membersihkan Pantai Teluk Penyu dari tumpahan minyak itu melibatkan sekitar 300-400 pegawai dan mitra kerja Pertamina dibantu sekitar 300 nelayan serta personel TNI/Polri.
Dengan demikian, kata dia, Pantai Teluk Penyu dapat dibersihkan dari tumpahan minyak dalam waktu dua hari dan kondisinya kembali normal.
"Kemarin, kami bertemu dengan teman-teman, bagaimana kalau kita sekalian bersih-bersih pantai saja sebagai wujud tanggung jawab moral kita," tegasnya.
Ia mengharapkan kegiatan "Coastal Clean Up" dapat dilakukan secara rutin sehingga bisa memberikan dampak yang sangat baik terhadap Pantai Teluk Penyu.
Seperti diwartakan, fasilitas "Single Point Mooring" (SPM) Pertamina RU IV Cilacap yang berlokasi sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap atau sekitar perairan selatan Pulau Nusakambangan mengalami kerusakan pada sambungan pipa karet (rubber hose) yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari kapal tanker menuju kilang.
Kerusakan tersebut terjadi pada tanggal 20 Mei 2015, pukul 22.54 WIB, dan pada saat yang sama sedang dilakukan aktivitas bongkar muat minyak mentah dari sebuah kapal tangker.
Akibatnya, minyak mentah yang disalurkan melalui pipa karet bawah laut itu merembes keluar dari sambungan sehingga tercecer di perairan selatan Nusakambangan.
Pertamina RU IV Cilacap pun segera menerjunkan tim penyelam untuk memperbaikan sambungan pipa karet (rubber hose) dan dapat segera ditangani.
Akan tetapi pada hari Senin (25/5), air Pantai Teluk Penyu tampak hitam akibat adanya genangan minyak mentah yang diduga sebagai sisa dari kebocoran pipa SPM maupun minyak mentah yang tidak terlokalisasi atau terhalang karang saat dilokalisasi sehingga terlepas hingga akhirnya terbawa gelombang ke pantai.
"Kegiatan ini sebenarnya adalah tanggung jawab moral kami karena kemarin sempat ada ceceran minyak sedikit. Walaupun sebenarnya sudah bersih dan sudah 'clean' dalam waktu dua hari," kata General Manager Pertamina RU IV Cilacap Nyoman Sukadana di sela-sela kegiatan.
Menurut dia, upaya membersihkan Pantai Teluk Penyu dari tumpahan minyak itu melibatkan sekitar 300-400 pegawai dan mitra kerja Pertamina dibantu sekitar 300 nelayan serta personel TNI/Polri.
Dengan demikian, kata dia, Pantai Teluk Penyu dapat dibersihkan dari tumpahan minyak dalam waktu dua hari dan kondisinya kembali normal.
"Kemarin, kami bertemu dengan teman-teman, bagaimana kalau kita sekalian bersih-bersih pantai saja sebagai wujud tanggung jawab moral kita," tegasnya.
Ia mengharapkan kegiatan "Coastal Clean Up" dapat dilakukan secara rutin sehingga bisa memberikan dampak yang sangat baik terhadap Pantai Teluk Penyu.
Seperti diwartakan, fasilitas "Single Point Mooring" (SPM) Pertamina RU IV Cilacap yang berlokasi sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap atau sekitar perairan selatan Pulau Nusakambangan mengalami kerusakan pada sambungan pipa karet (rubber hose) yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari kapal tanker menuju kilang.
Kerusakan tersebut terjadi pada tanggal 20 Mei 2015, pukul 22.54 WIB, dan pada saat yang sama sedang dilakukan aktivitas bongkar muat minyak mentah dari sebuah kapal tangker.
Akibatnya, minyak mentah yang disalurkan melalui pipa karet bawah laut itu merembes keluar dari sambungan sehingga tercecer di perairan selatan Nusakambangan.
Pertamina RU IV Cilacap pun segera menerjunkan tim penyelam untuk memperbaikan sambungan pipa karet (rubber hose) dan dapat segera ditangani.
Akan tetapi pada hari Senin (25/5), air Pantai Teluk Penyu tampak hitam akibat adanya genangan minyak mentah yang diduga sebagai sisa dari kebocoran pipa SPM maupun minyak mentah yang tidak terlokalisasi atau terhalang karang saat dilokalisasi sehingga terlepas hingga akhirnya terbawa gelombang ke pantai.