Selama ini, nama Pageralang dikenal karena di desa yang masuk wilayah Kecamatan Kemranjen itu terdapat Perkebunan Karet Krumput yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IX.

Perkebunan karet yang dibelah oleh ruas jalan nasional penghubung Purwokerto dan Yogyakarta itu berada di perbukitan yang memiliki udara sejuk sehingga membuat kenangan tersendiri bagi pelancong yang melintasinya.

Apalagi saat musim durian tiba, di tepi ruas jalan yang berkelok-kelok itu banyak terdapat pedagang durian dan tidak sedikit pelancong yang berhenti untuk membeli buah tersebut.

Banyaknya pedagang durian yang berjualan di tempat itu tidak lepas dari keberadaan Desa Pageralang yang juga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil durian di Kabupaten Banyumas.

Tidak sedikit durian hasil panen petani di Desa Pageralang dan sekitarnya yang dijual ke Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dintanbunhut) Banyumas, populasi pohon durian di Kecamatan Kemranjen merupakan yang terbesar di kabupaten itu karena mencapai 23.073 batang pada tahun 2014 yang tersebar di sejumlah desa, antara lain Pageralang, Alasmalang, dan Karangsalam, dengan produktivitas lebih dari 13 ribu kuintal.

Dari total populasi tersebut, sekitar 4.000 pohon durian di antaranya dibudidayakan oleh Kelompok Tani Tri Mulya, Desa Pageralang, yang beranggotakan 60 orang.

Berkaca dari potensi itulah, Pemerintah Kabupaten Banyumas bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto merintis kawasan agrowisata durian di Desa Pageralang.

Upaya untuk mewujudkan kawasan agrowisata durian itu ditandai dengan kegiatan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Rumah Pengembangan Produk Program Desa Usaha Mandiri Berbasis Agrowisata Durian oleh Wakil Bupati Banyumas Budhi Setiawan dan Kepala Perwakilan BI Purwokerto Rahmat Hernowo di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas, Senin (25/5).

Rumah pengembangan produk itu nantinya menjadi tempat berkumpul petani durian khususnya anggota Kelompok Tani Tri Mulya untuk saling bertukar pikiran, memasarkan produk durian maupun turunannya, dan kegiatan lainnya dalam rangka mendukung agrowisata durian.

Kepala Perwakilan BI Purwokerto Rahmat Hernowo mengatakan bahwa bantuan fisik berupa pembangunan rumah produksi bukanlah tujuan utama karena yang terpenting adalah membangun aspek manusianya.

Ia mengharapkan semua warga bisa berkumpul di rumah produksi itu untuk berdiskusi, membuat sekolah lapangan, bertukar informasi, dan sebagai tempat untuk para tamu atau wisatawan.

"Kami akan berupaya memperkuat aspek kelembagaan melalui pembinaan terhadap kelompok tani durian yang telah ada di Desa Pageralang. Kami juga akan menambah kemampuan kelompok, mudah-mudahan bisa membuat durian yang berbuah di luar musim. Kalau itu bisa dilakukan, pasti ada manfaatnya dalam jangka panjang," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui adanya suatu tantangan membuat orang mau datang ke kawasan agrowisata durian Desa Pageralang yang lokasinya cukup jauh dari jalan raya.

"Tapi saya yakin, pasti ada solusinya," kata Wowo (panggilan akrab Rahmat Hernowo, red.).

Tantangan lainnya, kata dia, selama ini kualitas durian yang dihasilkan petani di Desa Pageralang belum stabil karena masih ada yang tidak berasa manis.

Menurut dia, hal itu menjadi tantangan untuk membuat produk yang berkualitas.

"Tantangan ketiga, bisakah kita membuat durian di luar musim panen," katanya.

Ia mengatakan bahwa di Thailand, durian montong selalu ada meskipun bukan musim durian.

Oleh karena itu, dia mengharapkan petani di Desa Pageralang mempelajari ilmu produksi durian agar tetap dapat berbuah meskipun bukan pada musimnya.

"Orang lain sudah bisa membuat itu, kenapa kita tidak bisa. Harus bisa, tinggal belajar ilmunya saja. Jadi, saya yakin, kalau kita bisa melakukan rekayasa, mungkin desa ini bisa menghasilkan durian sepanjang waktu," tegasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Banyumas Budhi Setiawan mengharapkan petani di Pageralang memperhatikan kualitas durian yang mereka produksi demi kepuasan konsumen.

"Satu orang yang kecewa akan bercerita ke 10 orang, jauh-jauh datang ke Pageralang ternyata duriannya tidak enak. Jangan sampai ini terjadi sehingga kita harus jujur dalam memberikan layanan kepada masyarakat yang datang ke sini," katanya.

Ia juga mengharapkan ketersediaan durian di Pageralang tetap terjaga dengan tidak menjual seluruh produksi durian ke Jakarta atau kota-kota lainnya.

Dengan demikian jika ada wisatawan yang datang ke Pageralang, kata dia, akan tetap dapat menikmati durian.

Selain itu, lanjut dia, durian yang tidak layak dijual sebagai buah dapat diolah sebagai makanan olahan atau turunannya sehingga bisa menambah penghasilan.

Terkait akses jalan menuju kawasan agrowisata durian, dia mengatakan bahwa Pemkab Banyumas berencana akan memperbaiki ruas jalan menuju lokasi agar mudah dilalui pengunjung.

Bahkan, lanjut dia, pihaknya telah meminta keikhlasan masyarakat setempat untuk merelakan sebagian tanahnya dalam rangka pelebaran jalan di desa itu.

"Saya juga sudah minta kepada warga, mereka sepakat untuk menghibahkan sehingga nanti dilebarkan (jalannnya, red.) tanpa meminta ganti rugi, jadi jauh lebih cepat. Kami akan programkan itu (pelebaran jalan, red.)," jelasnya.

Ia mengharapkan kawasan agrowisata durian di Desa Pageralang dapat segera terwujud hingga akhirnya terkenal ke seluruh wilayah Indonesia.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dintanbunhut Banyumas Tjutjun Sunarti mengatakan bahwa potensi tanaman durian di Kecamatan Kemranjen cukup besar terutama di Desa Pageralang dan Alasmalang.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya sangat mendukung rencana pengembangan Desa Pageralang menjadi kawasan agrowisata durian yang tidak hanya menjual durian untuk dimakan tetapi juga berbagai makanan olahan dari buah tersebut.

"Selain menumbuhkan ekonomi masyarakat juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kami akan dukung terus dengan membina petani karena ada tiga hal yang harus diperhatikan terkait produknya, yakni kontinuitas, kualitas, dan kuantitas," katanya.

Menurut dia, petani juga harus jujur dengan tidak akan menjual durian dari luar daerah saat produk di daerah itu sedang kosong atau belum panen.

Terkait durian montong yang dikembangkan petani di Pageralang, dia mengatakan bahwa durian tersebut akan segera dilepas sebagai varietas baru dengan nama durian kromo.

"Mudah-mudahan tahun ini selesai di Kementerian Pertanian sehingga dapat segera diluncurkan," katanya.

Selain durian, kata dia, sejumlah wilayah di Banyumas juga berpotensi dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, antara lain duku di Karanglewas dan anggrek di Baturraden.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas Muntorichin mengakui bahwa Kecamatan Kemranjen sudah lama dikenal sebagai kawasan agrowisata durian.

"Namun untuk sentranya baru pertama kali dirintis," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan membantu memromosikan keberadaan kawasan agrowisata durian di Desa Pageralang melalui berbagai media promosi termasuk ke hotel-hotel berbintang.

Akan tetapi sebelum promosi dilaksanakan, lanjut dia, semuanya harus disiapkan lebih dulu di Desa Pageralang.

"Jangan sampai kita sudah promosi tetapi ternyata belum ada apa-apanya," tegasnya.

Ia mengharapkan masyarakat Desa Pageralang untuk bersiap menyambut tamu dengan ramah demi terwujudnya agrowisata durian sehingga dapat memberi kesan positif bagi wisatawan yang berkunjung.

Ketua Kelompok Tani Tri Mulya Sarjanto menyambut baik rencana pengembangan kawasan agrowisata durian di Desa Pageralang.

"Kami berharap Pemkab Banyumas memperlebar ruas jalan di Desa Pageralang sehingga dapat dilalui bus berukuran besar yang membawa rombongan wisatawan," katanya.

Menurut dia, sempat ada wacana untuk menggandeng investor guna melengkapi wahana pendukung di kawasan agrowisata durian, antara lain berupa kolam renang untuk anak atau kolam pemancingan.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024