Sebelum menggelar aksi di depan kompleks Pendapa Si Panji Kabupaten Banyumas, mahasiswa terlebih dulu melakukan "long march" dari Kampus STAIN Purwokerto.

Selama melakukan "long march", mahasiswa meneriakkan "yel-yel" penolakan rencana kenaikan harga BBM.

Selain itu, mahasiswa juga membawa spanduk dan poster di antaranya bertuliskan "Makan Apa?", "Tolak Kenaikan Harga BBM", dan "Tambah Harga Pajak".

Sesampainya di depan kompleks Pendapa Si Panji, mahasiswa pun segera menggelar orasi secara bergantian serta meminta anggota DPRD Banyumas untuk menemui mereka.

Koordinator aksi, Firdaus mengatakan bahwa pada 10 November telah ditetapkan sebagai Hari Pahlawan sebagai penghormatan terhadap para pejuang.

Menurut dia, spirit pantang menyerah dan antiputus asa merupakan roh sejati kepahlawan.

"Pemerintah Jokowi-JK (Joko Widodo-Jusuf Kalla) yang baru berumur jagung ini telah menunjukan diri sebagai pemerintah yang tidak prorakyat. Menggunakan argumentasi penyelamatan APBN, Jokowi-JK siap membuat tali gantungan massal untuk seluruh masyarakat miskin Indonesia," katanya.

Ia mengatakan bahwa masyarakat yang sedianya menolak pemangkasan subsidi BBM pun berubah pikiran saat mendengar program unggulan Jokowi-JK berupa Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

"Satu yang perlu dipahami, setiap program yang menggunakan APBN harus dibicarakan dengan DPR, namun kenyataannya berjalan sendiri tanpa koordinasi," katanya.

Menurut dia, isu penaikan harga BBM telah memicu kenaikan harga sehingga menimbulkan keresahan masyarakat.


Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024