"Sejak sekarang harus sudah merancang bentuk rekonsiliasi sosial secara nasional, di samping kedua kubu harus menggelorakan sikap siap menang dan siap kalah," kata Dr. Dewi Aryani, M.Si. yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI kepada Antara Jateng, Rabu.

Dewi yang juga wakil rakyat asal Daerah Pemilihan Jawa Tengah IX meminta semua pihak untuk tidak menstigmakan salah satu di antara dua kontestan Pilpres itu akan menjadi penghancur tatanan situasi politik nasional.

Dewi menegaskan, "Bagaimanapun rakyat tidak hanya membutuhkan presiden, tetapi pemimpin berkarakter yang secara nyata bisa memimpin negeri ini menuju cita-cita awal NKRI didirikan, yakni negara adil makmur penuh kedamaian. Apalah arti tujuan sejahtera tanpa kedamaian dalam prosesnya?"

Duta Universitas Indonesia (Duta UI) untuk Reformasi Birokrasi itu juga mengajak semua pihak merunduk, merenung, berpikir, dan bersikap arif.

"Rakyat harus tetap sebagai pemenang. Rakyat adalah satu, Rakyat harus utuh, bukan rakyat versi kubu A atau kubu B," kata Dewi selaku Koordinator Sukarelawan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI Jokowi-JK Posko Mangunsarkoro, Jakarta.

Dewi mengakui bahwa Pilpres 2014 yang diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi-JK, secara tidak sadar telah menciptakan residu sekaligus konflik sosial di tengah masyarakat.

"Bagaimana tidak? Hubungan beberapa parpol, kekeluargaan, persahabatan, hingga pertemanan acap kali terbelah, terpecah, dan 'hancur' karena masing-masing individu di seluruh negeri ini memiliki fanatisme sendiri-sendiri sebagai bagian dari bentuk dukungan yang bisa berbeda satu dengan yang lain," katanya.

Oleh sebab itu, Dewi yang juga anggota Komisi VII DPR RI menekankan perlunya rekonsiliasi kedua belah pihak supaya negeri ini damai seperti sediakala.

Pewarta : Kliwon
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024