Gonzalo Higuain gagal memanfaatkan peluang emas di babak pertama untuk membawa Argentina unggul 1-0, sebelum kemudian Lionel Messi membuang kans memperoleh keunggulan lewat kesempatan dengan ruang tembak terbuka di awal babak kedua.
Justru Jerman yang sepanjang pertandingan mendominasi penguasaan bola, mencetak gol kemenangan pada babak waktu tambahan melalui Mario Goetze.
"Pertandingan yang sangat seimbang. Mereka mendominasi penguasaan bola, tetapi kami mempunyai lebih banyak peluang," kata Sabella.
"Saat ada peluang di laga seimbang seperti tadi, anda harus memanfaatkannya. Kami kurang sangkil."
Meski demikian Sabella memuji para pemainnya yang berusaha memulihkan kebugaran setelah melalui laga semi final melelahkan melawan Belanda dan akhirnya mati-matian kala menghadapi Jerman.
"Kami bermain sehari lebih terlambat ditambah dengan waktu tambahan, saya hanya bisa mengucapkan selamat kepada para pemain," katanya.
"Kerja keras yang mereka lakukan sungguh luar biasa dan kami juga mengucapkan selamat kepada Jerman."
Argentina membidik gelar juara dunia pertama mereka setelah terakhir meraihnya pada 1986 silam, namun meski gagal di laga terakhir, Sabella menegaskan bahwa timnya telah melakukan segalanya demi memperoleh kemenangan.
"Sungguh pahit. Kami menghadapi tim hebat demi mencapai final dan tentunya kami ingin menang. Untuk menjadi sempurna, kami harus lebih sangkil.
"Saya merasa kesedihan para pemain, atas luka wajar pihak yang kalah, namun sekaligus puas karena kami memiliki tim luar biasa yang memberikan segalanya.
"Mereka adalah para serdadu, setidaknya dalam hal sepak bola. Saya mengucapkan selamat kepada mereka, tentu saja, karena tidak ada hal lain untuk dilakukan," katanya.
Sabella mengatakan seorang pelatih harus terus menilai pemainnya dari penampilan mereka di lapangan, yang menurutnya para pemain Argentina sudah cukup baik dan melampaui batas-batas upaya.
"Mereka memberikan segalanya hingga tetes keringat terakhir demi Argentina," katanya.
"Melihat lawannya dan kondisi bermain lebih terakhir di semi final, ini laga terbaik kami.
"Setelah 24 tahun para pemain mencetak sejarah. Meski tidak memenangi medali emas, mereka mendapat medali perak. Kami pergi tengan perasaan campur aduk.
Menurut Sabella hal semacam mencapai final mengandung sensasi ganda, satu berupa kesedihan lantaran mereka mencapai ginal harus berkorban dan kewajiban menang.
Sementara yang lainnya adalah kepuasan, karena para pemain berusaha sekuat tenaga, demikian AFP.
Justru Jerman yang sepanjang pertandingan mendominasi penguasaan bola, mencetak gol kemenangan pada babak waktu tambahan melalui Mario Goetze.
"Pertandingan yang sangat seimbang. Mereka mendominasi penguasaan bola, tetapi kami mempunyai lebih banyak peluang," kata Sabella.
"Saat ada peluang di laga seimbang seperti tadi, anda harus memanfaatkannya. Kami kurang sangkil."
Meski demikian Sabella memuji para pemainnya yang berusaha memulihkan kebugaran setelah melalui laga semi final melelahkan melawan Belanda dan akhirnya mati-matian kala menghadapi Jerman.
"Kami bermain sehari lebih terlambat ditambah dengan waktu tambahan, saya hanya bisa mengucapkan selamat kepada para pemain," katanya.
"Kerja keras yang mereka lakukan sungguh luar biasa dan kami juga mengucapkan selamat kepada Jerman."
Argentina membidik gelar juara dunia pertama mereka setelah terakhir meraihnya pada 1986 silam, namun meski gagal di laga terakhir, Sabella menegaskan bahwa timnya telah melakukan segalanya demi memperoleh kemenangan.
"Sungguh pahit. Kami menghadapi tim hebat demi mencapai final dan tentunya kami ingin menang. Untuk menjadi sempurna, kami harus lebih sangkil.
"Saya merasa kesedihan para pemain, atas luka wajar pihak yang kalah, namun sekaligus puas karena kami memiliki tim luar biasa yang memberikan segalanya.
"Mereka adalah para serdadu, setidaknya dalam hal sepak bola. Saya mengucapkan selamat kepada mereka, tentu saja, karena tidak ada hal lain untuk dilakukan," katanya.
Sabella mengatakan seorang pelatih harus terus menilai pemainnya dari penampilan mereka di lapangan, yang menurutnya para pemain Argentina sudah cukup baik dan melampaui batas-batas upaya.
"Mereka memberikan segalanya hingga tetes keringat terakhir demi Argentina," katanya.
"Melihat lawannya dan kondisi bermain lebih terakhir di semi final, ini laga terbaik kami.
"Setelah 24 tahun para pemain mencetak sejarah. Meski tidak memenangi medali emas, mereka mendapat medali perak. Kami pergi tengan perasaan campur aduk.
Menurut Sabella hal semacam mencapai final mengandung sensasi ganda, satu berupa kesedihan lantaran mereka mencapai ginal harus berkorban dan kewajiban menang.
Sementara yang lainnya adalah kepuasan, karena para pemain berusaha sekuat tenaga, demikian AFP.