Kota Pekanbaru (ANTARA) - Warga di Kota Pekanbaru kini resah dan meminta gubernur Riau segera menindak tegas para pelaku pembakar hutan dan lahan karena telah menimbulkan kabut asap yang dampaknya banyak warga mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

"Kami sudah terpapar ISPA sesuai diagnosa dokter yang memberikan pelayanan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama itu, jika dibiarkan berlarut mungkin  kami tidak bisa bekerja efektif lagi dan begitu juga dikhawatirkan anak-anak kami juga sudah terpapar," kata Amanda, warga Kota Pekanbaru, di Pekanbaru, Rabu.

Menurut Amanda, seperti juga dikeluhkan Vienty, salah seorang karyawan BUMN di kota itu, anak-anaknya masih belajar di sekolah dan sangat berpotensi akan menghirup asap akibat pembakaran hutan dan lahan itu.

Jika perlu, katanya, anak-anak diliburkan dulu, dan lebih baik dijaga serta diawasi oleh orang tua mereka masing-masing guna mengurangi asap yang terhirup itu.

"Anak perlu diliburkan sekolah, jangan dibiarkan seperti ini terus menghirup asap, sepertinya, Pemrov Riau sedikit lengah, sehingga masih banyak oknum masyarakat atau perusahaan yang kini sewenang-wenang membakar lahan," katanya.

Setahun terakhir, katanya lagi, kebakaran hutan dan lahan cepat ditanggapi serius, sehingga minim masyarakat yang terpapar kabut asap itu.

Bahkan seperti diakui Renny, sama sekali tidak terpapar, hingga bekerja pun bisa aktif setiap hari tanpa mengalami ISPA.

Lalu ketegasan Gubernur Riau apa harus menunggu kondisi asap parah dulu, katanya, kendati belum sampai mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru itu.

"Jangan sampai bertambah lagi korban yang terpapar asap, apalagi pelajar," katanya.

Sementara itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan jarak pandang di Kota Pekanbaru menurun menjadi tiga kilometer akibat kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan pada Rabu pagi, lebih pendek ketimbang jarak pandang pada Selasa pagi (30/7) yang masih sekitar empat kilometer.

"Jarak pandang di Kota Pekanbaru tiga kilometer. Kemarin, Kota Pekanbaru juga dikepung asap. Sedangkan di Kabupaten Pelalawan jarak pandang hanya dua kilometer. Dalam keadaan normal jarak pandang bisa di atas delapan kilometer.," kata Staf Analisis BMKG Stasiun Pekanbaru Yasir Prayuna.
 
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, kabut asap yang meliputi Pekanbaru berasal dari kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Palalawan yang berada di selatan Pekanbaru.

"Dari pantauan satelit, Pekanbaru dan Pelalawan berasap. Kendati demikian, jumlah titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan di Riau menurun menurut pantauan satelit. Pada Rabu pagi satelit hanya mendeteksi 10 titik panas di Riau, jauh lebih sedikit ketimbang jumlah titik panas yang terpantau pada Selasa (30/7), sebanyak 60 titik panas.

Titik panas terpantau di lima wilayah yakni Kabupaten Pelalawan, Kampar, Rokan Hilir, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Daerah paling banyak adalah Pelawan dengan empat titik panas. Sementara Kabupaten Indragiri Hilir punya tiga titik panas, dan Rokan Hilir, Indragiri Hulu, dan Kampar masing-masing punya satu titik panas.

Sementara titik api indikasi kebakaran paling banyak ada di Indragiri Hilir (tiga). Pelalawan dan Rokan Hilir masing-masing hanya punya satu titik api.

BMKG juga memantau kualitas udara di Pekanbaru menurun dari kondisi sehat ke sedang akibat kabut asap. Pada pagi hari asap biasanya pekat, namun berangsur menurun kepekatannya pada siang hari.

Baca juga: Calon anggota Paskibraka Pelalawan berlatih di tengah kabut asap
Baca juga: Kabut asap paksa murid dan guru kenakan masker di Pekanbaru
Baca juga: Kabut asap memperpendek jarak pandang di Kota Pekanbaru




 

Pewarta: Frislidia
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019