Bulog dapat kembali dilibatkan sebagai penyedia dan pendistribusi beras sejahtera (Rastra) dalam program BPNT
Jakarta (ANTARA) - Bulog perlu dipercaya sebagai penyalur beras program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sebagai salah satu solusi guna mengatasi permasalahan stok berlebih yang ada di sejumlah gudang yang dimiliki di daerah.

Anggota Komisi IV DPR RI Guntur Sasono dalam rilis yang diterima di Jakarta, Selasa, mengharapkan Bulog dapat kembali dilibatkan sebagai penyedia dan pendistribusi beras sejahtera (Rastra) dalam program BPNT.

"Hal tersebut bisa menjadi salah satu solusi dalam menyikapi banyaknya stok beras (baik yang berasal dari dalam dan luar negeri) yang ada di gudang milik Bulog," katanya.

Terkait BPNT, Politisi Partai Demokrat itu juga menyorot masih banyaknya penyaluran BPNT melalui Warung Gotong Royong atau e-warung masih terkendala perangkat elektronik yang belum memadai.

Ia mengungkapkan berdasarkan kunjungan kerja yang dilakukan Komisi IV, masih ditemukan banyak e-warong di daerah yang belum memiliki perangkat elektronik yang digunakan untuk bertransaksi menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) atau non tunai.

"Tentu ini menjadi permasalahan baru bagi masyarakat atau Keluarga Penerima Manfaat (KPM) ketika mereka ingin menggunakan KKS untuk pengambilan bantuan pangan di e-warong serta melakukan transaksi pembelian bahan pangan lainnya," ucapnya.

Seperti diketahui, e-warong merupakan agen bank, pedagang atau pihak lain yang telah bekerja sama dengan bank penyalur bantuan dan sudah ditentukan sebagai tempat pencairan, penukaran dan pembelian bahan pangan oleh KPM.

Sebagaimana diwartakan, Bulog dinilai perlu untuk melakukan berbagai inovasi agar beras yang terdapat di gudang lembaga tersebut juga dapat terserap dengan baik di dalam skema Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT).

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengatakan, untuk mencegah menumpuknya beras di gudang Bulog, Bulog harus berinovasi untuk memperbaiki kualitas stok berasnya sehingga bisa langsung dijual atau disalurkan lewat BPNT.

Menurut Galuh Octania, beras Bulog selama ini kurang diminati oleh para penerima manfaat BPNT yang ditunjukkan antara lain oleh berkurangnya penyaluran beras Bulog karena pemilik e-warong lebih mengutamakan untuk menyetok beras dari non-Bulog, karena jenis beras non-Bulog lah yang lebih banyak mendulang permintaan.

Apalagi, ia mengingatkan bahwa kini dengan adanya program BPNT, peran Bulog dalam penyaluran beras semakin jauh berkurang karena suplai beras dapat juga diperoleh dari distributor lainnya seperti dari pihak swasta.

Untuk itu, ujar dia, penting bagi Bulog untuk meningkatkan daya tarik produknya agar diminati oleh masyarakat, terutama kepada kalangan masyarakat yang menjadi para penerima BPNT.

Lebih jauh lagi, lanjutnya, pemerintah sebaiknya memberikan fleksibilitas kepada Bulog dalam menyerap beras, salah satunya dengan mempertimbangkan evaluasi HPP yang penerapaannya sudah tidak efektif.

Galuh menambahkan, skema BPNT memberikan keuntungan bagi masyarakat untuk dapat memilih barang kebutuhan pokok yang lebih berkualitas, semisal saja dengan memilih beras kualitas premium dibandingkan kualitas biasa.

Baca juga: Gudang penuh, Bulog Surakarta alami kelebihan stok beras
Baca juga: CIPS: Bulog harus pastikan beras BPNT berkualitas baik

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019