Jakarta (ANTARA) - Sebuah survei yang dilakukan Koalisi Ruang Publik Aman menemukan bahwa pelecehan seksual di ruang publik tidak hanya menyasar perempuan, tetapi juga laki-laki dan gender lainnya.

"Tiga dari lima perempuan pernah mengalami pelecehan di ruang publik. Sementara satu dari 10 laki-laki juga pernah mengalami pelecehan di ruang publik," kata relawan Lentera Sintas Indonesia Rastra Yasland dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.

Rastra mengatakan 64 persen dari 38.766 responden perempuan yang disurvei mengaku pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik. Sementara 11 persen dari 23.403 responden laki-laki dan 69 persen dari 45 responden gender lainnya mengungkapkan hal yang sama.

Menurut Rastra, yang cukup menarik perhatian adalah 52 persen dari seluruh responden mengaku pertama kali mengalami pelecehan seksual sebelum berusia 16 tahun.

"Kejadian pelecehan seksual di ruang publik paling tinggi terjadi di siang hari, yaitu 35 persen, disusul sore 25 persen, malam 21 persen, dan pagi 17 persen. Itu menunjukkan pelecehan seksual bisa terjadi kapan saja," tuturnya.

Rastra mengatakan survei tersebut juga menemukan bahwa pelecehan seksual terjadi bukan karena korban mengenakan pakaian yang terbuka dan ketat.

Dari pengakuan responden, pelecehan seksual terjadi ketika mereka menggunakan rok dan celana panjang (18 persen), hijab (17 persen), baju lengan panjang (16 persen), seragam sekolah (14 persen), dan baju longgar (14 persen).

"Bentuk pelecehan seksual di ruang publik yang paling sering dialami korban adalah verbal 60 persen, fisik 24 persen, dan visual 15 persen," jelasnya.

Sedangkan lokasi yang paling banyak terjadi pelecehan seksual adalah jalanan umum (33 persen), transportasi umum termasuk halte (19 persen), dan sekolah atau kampus (15 persen).

Survei yang dilakukan Koalisi Ruang Publik Aman melibatkan 62.224 responden dari 34 provinsi di Indonesia dengan beragam gender, usia, tingkat pendidikan, dan identitas.

Koalisi Ruang Publik Aman terdiri atas Hollaback! Jakarta, perEMPUan, Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta dan Change.org Indonesia. 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019