Sebaiknya pasien demensia, khususnya mereka yang melaksanakan ibadah haji mesti ada pendampingan
Jakarta (ANTARA) - Calon haji Indonesia, khususnya bagi kelompok lanjut usia sebaiknya dilakukan "minimental test" guna mengetahui tingkatan penyakit demensia atau kepikunan yang fenomenanya mulai terjadi, kata dokter ahli penyakit saraf Indonesia, dr Andreas Harry SpS (K) .

"Paling mudah dengan 'minimental test' sehingga akan diketahui apakah normal, demensia ringan, sedang, ataupun berat," katanya saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu, disela-sela Konferensi Internasional Alzheimer (The Alzheimer's Association International Conference/AAIC) 2019 di Los Angeles (LA) Amerika Serikat yang sedang diikutinya.

Andreas Harry adalah peserta konferensi tahunan dari Indonesia yang diselenggarakan AAIC, yang pada 2019 diselenggarakan di Los Angeles, AS, sejak 14 Juli dan akan berakhir pada Kamis (18/7).

Menjawab pertanyaan mengenai fenomena demensia yang terjadi pada calhaj Indonesia, ia menjelaskan bahwa "minimental test" itu ada sejumlah komponen kognitif dengan nilai normal 30.

Ia mengemukakan bahwa pasien di tes dengan pertanyaan-pertanyaan yang bernilai, misalnya siapa nama Presiden RI dan lainnya.

Baca juga: P3JH katakan kelelahan jadi masalah utama jamaah lansia

"Ada daftar bakunya dan kemudian di 'score', dan kemudian diketahui demensia ringan, sedang dan berat," kata ahli saraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang juga anggota "Advance Research Alzheimer's" internasional.

Dikemukannya bahwa batas usia "dementia sporadic" adalah 65 tahun, di mana 5 persen pada kelompok populasi 65 tahun itu, sedangkan pada kelompok usia 70 tahun itu ada 10 persen demensia.

"Dan tiap tahun meningkat dua kali lipat," katanya.

Kondisi itu, kata dia, terjadi akibat adanya faktor risiko yaitu proses penuaan dengan, seperti ada tanda stroke, diabetes, jantung, tidak berolahraga, diet daging berlebihan, tidak makan sayur, merokok dan hipertensi

"Sebaiknya pasien demensia, khususnya mereka yang melaksanakan ibadah haji mesti ada pendampingan," demikian Andreas Harry.

Sebelumnya, tim kesehatan PPIH Embarkasi Surabaya melansir bahwa dua orang calon haji tertunda keberangkatannya ke Tanah Suci tahun 2019 karena dinyatakan mengalami demensia.

Kasus lainnya, pernah terjadi tahun sebelumnya pada seorang haji Jambi yang tergabung pada kelompok terbang (kloter) 21 atas nama Jenati (77), asal Kabupaten Tanjungjabung Timur, yang terpaksa dipulangkan lebih awal (tanazzul) ke Tanah Air karena mengalami gangguan demensia.

Baca juga: Keberangkatan ke Tanah Suci 2 calon haji tertunda karena demensia

Baca juga: Sakit demensia, satu calhaj Pagaralam tertunda keberangkatannya


Baca juga: Demensia kerap dijumpai pada jamaah haji lansia

Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019