Bangkok, Thailand (ANTARA) - Inisiatif Indonesia tentang pertukaran data dan intelijen pencegahan dan penanggulangan jaringan terorisme di Asia Tenggara yang dinamakan Our Eyes telah diadopsi ASEAN dan berubah nama menjadi ASEAN Our Eyes.

Dengan demikian, semua negara ASEAN secara inklusif turut menjadi jaringan Our Eyes yang telah digulirkan sejak beberapa tahun lalu oleh Indonesia. Pada awalnya, Our Eyes hanyalah kerja sama trilateral tentang pertukaran data intelijen terkait penanggulangan dan penanganan jaringan intelijen oleh Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Our Eyes itu ya, kita yang membuat sekarang sudah diterima ASEAN. Kalau dulu Our Eyes itu merupakan suatu inisiatif, kini telah menjadi ASEAN Our Eyes. Dengan demikian, sudah bukan milik Indonesia saja namun milik ASEAN, bahkan dunia, termasuk Amerika Serikat dan Australia sudah mendukung itu,” kata Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, di Bangkok, Kamis.

Baca juga: Ryamizard Ryacudu katakan ASEAN itu "keajaiban dunia"

Baca juga: Wacana kenaikan gaji TNI, Ryamizard sebut rakyat prioritas utama

Baca juga: Menhan: WNI simpatisan ISIS bisa pulang kalau insaf


Ia ada di Bangkok untuk memimpin delegasi Indonesia pada ADMM ke-13/2019. Ia menjadi bagian dari seri pertemuan tahunan itu bersama para koleganya, yaitu Menteri Pertahanan Brunei Darussalam, Awang Halji bin Haji Md Yussof, Menteri Pertahanan Kerajaan Kamboja, Samdech Pichey Sena Tea Banh, Menteri Pertahanan Laos, Jenderal Chansamone Chanyalath, Menteri Pertahanan Malaysia, Mohammad bin Sabu, Menteri Pertahanan Myanmar, Letnan Jenderal Sein Win, Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, Menteri Pertahanan Singapura, Ng Hen Hen, dan Menteri Pertahanan Viet Nam, Jenderal Ngo Xuan Lich.

Pada ADMM ke-13 kali ini, Thailand menjadi tuan rumah dan pada 2020, disepakati bahwa Viet Nam menjadi tuan rumah. ADMM ke-13 juga menghasilkan Deklarasi Bersama Menteri Pertahanan ASEAN dengan tema besar Keamanan Berkelanjutan.

Pada seri persidangan, semua kertas kerja menteri pertahanan ASEAN diterima dan ada beberapa yang diadopsi, di antaranya adalah Our Eyes dari Indonesia, yang sejak hari ini telah bersalin nama dan konsep menjadi ASEAN Our Eyes.

Ancaman dari terorisme dan jaringan teroris, paham radikal, dan ekstrimisme telah menjadi ancaman di depan mata bagi ASEAN dan hal itu disadari secara kolektif. Indonesia pada ADMM ke-13 di Bangkok kali ini membawa kertas kerja tentang panduan umum Our Eyes.

Menurut Ryamizard, ASEAN Our Eyes sebagai pengembangan secara inklusif Our Eyes, merupakan kerja sama intelijen ke-10 negara ASEAN. “Karena intelijen kita sudah harus tahu pasti siapa musuh siapa kawan dan dimana mereka. Nach sekarang musuh kita teroris, kita khan susah; kalau perang dengan tentara, bisa dideteksi. Tapi kalau ini (dengan teroris) khan susah. Untuk itu intelijen bisa menjadi sangat penting jadi ini khan mata kita bersama,” kata dia.

Dalam perjalanannya sebelum menjadi ASEAN Our Eyes, Our Eyes telah berjalan di sebagian negara ASEAN, dan senantiasa diikuti dengan sejumlah diskusi dengan tema-tema spesifik meliputi pelibatan badan-badan yang dianggap penting terlibat dan area-area yang dilingkupinya.

Pada Januari 2018, hal ini dibahas lagi dalam kelompok kerja lingkup pertahanan ASEAN, di Semarang, dan disepakati dalam tingkat menteri pertahanan di Nusa Dua, Bali, oleh enam negara anggota ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan Thailand.

Dalam perkembangan, ke-10 negara anggota ASEAN kemudian bertemu dengan perspektif masing-masing tentang inisiatif ini dan memberi diskusi tambahan tentang bagaimana inisiatif Indonesia ini bisa dijalankan secara baik.

Hal yang mendorong percepatan inisiatif Our Eyes adalah pendudukan ISIS di Marawi, Filipina selatan, pada 2017, yang berlangsung berlarut-larut. Di Marawi itu, banyak WNA turut dalam jaringan paham radikal kanan memerangi pemerintahan sah Filipina, dan hal itu digolongkan sebagai ancamanan keamanan berbasis ekstremisme, paham radikal, dan terorisme.

Berbasis pada multilateralisasi pijakan pertukaran informasi sebagai suatu mekanisme diperluas bagi ASEAN, kesepakatan tercipta untuk mengubah nama Our Eyes menjadi ASEAN Our Eyes. Sebagian pertanyaan publik adalah tentang bagaimana prosedur standar operasinya ditetapkan dan dilaksanakan.

Saat ditanya tentang efektivitas Our Eyes ini, Ryamizard menyatakan, “Tidak boleh dibuka semuanya dong. Banyaklah yang sudah terpecahkan. Tadi khan saya bicara dengan Filipina. Paling tidak kita tahu dikasih tahu Filipina (tentang sesuatu terkait jaringan teroris), dan kita sudah tahu duluan,” kata dia.

Sumber dari lingkup otoritas Kerajaan Thailand yang dijumpai di sela ADMM ke-13 dan meminta tidak diungkap jati dirinya, menyatakan, ada suatu preseden positif dari operasionalisasi Our Eyes saat otoritas di Bangkok diminta untuk tidak mengijinkan sekelompok warga negara salah satu negara ASEAN untuk lepas landas dari Bandara Internasional Suvarna Bhumi menuju Turki.

“Mereka diidentifikasi sebagai jarigan ISIS yang berangkat dari salah satu negara ASEAN. Kami melakukan protokol yang disepakati dan memberitahu perwakilan negara bersangkutan,” kata dia.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019