Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi berharap upaya-upaya pencegahan pembakaran bisa semakin mengurangi kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.

"Bila dibandingkan kejadian 2015 yang terburuk, sudah semakin baik. Tidak ada lagi sekolah atau bandara ditutup, atau asap yang mengganggu negara tetangga," kata Dody saat ditemui wartawan seusai rapat koordinasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Graha BNPB, Jakarta, Kamis.

Saat ditanya apakah BNPB memiliki target atau sasaran nihil kebakaran hutan dan lahan, Dody mengatakan target pasti ada. Namun, Indonesia adalah negara dengan wilayah yang luas, sehingga sumber daya-sumber daya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan juga harus diperluas.

Baca juga: BNPB terjunkan 3.615 TNI/Polri untuk cegah karhutla di tiga provinsi

Upaya-upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan sudah dilakukan semakin baik setelah kejadian terburuk pada 2015 dan beberapa negara tetangga sudah mengakui keberhasilan Indonesia dalam mencegah dan mengatasi kebakaran.

"Sekarang kita harus lebih dalam dan komprehensif dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Kita sentuh akarnya agar tidak ada lagi pembakaran," tuturnya.

Karena itu, BNPB akan mengoordinasi masing-masing 1.000 anggota TNI dan 205 polisi di tiga provinsi yang paling rawan terhadap kebakaran hutan dan lahan, yaitu Riau, Kalimantan Barat, dan Jambi.

Baca juga: Tiga kabupaten ini paling rawan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel

"Mereka akan bermukim di rumah-rumah penduduk, bergaul dengan penduduk setempat dan mengadvokasi penduduk agar tidak melakukan pembakaran," katanya.

Selain tiga provinsi tersebut, tiga provinsi lain yang juga rawan mengalami kebakaran hutan dan lahan adalah Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

Baca juga: Kebakaran masih melanda 20 hektare lahan di Nagan Raya Aceh

Enam provinsi tersebut menjadi perhatian pemerintah pusat dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan karena yang memiliki lahan gambut paling banyak.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019