Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyoroti pola pengasuhan orang tua terhadap anak jelang peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang jatuh pada 29 Juni.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Dwi Listyawardani mengatakan di Jakarta, Kamis, pola pengasuhan anak masih menjadi persoalan mengingat banyaknya kasus stunting atau kekerdilan pada balita dikarenakan gizi yang tak terpenuhi.

"Masih banyaknya balita stunting berarti itu salah satu koreksi kepada kita bahwa khusus untuk pengasuhan kaitannya dengan gizi harus kita perbaiki," kata Dwi dalam acara Bakti Sosial di BKKBN sebagai rangkaian acara peringatan Harganas ke-26.

Dwi mengingatkan orang tua agar memberikan perhatian lebih soal asupan gizi anak. Dia menilai terjadinya kasus stunting bukan hanya dikarenakan ketidaktersediaan atau ketahanan pangan, tetapi juga pengetahuan orang tua soal asupan gizi.

"Stunting ini bukan hanya soal ketersediaan makanan dalam keluarga, tapi justru pengasuhan, tata cara makan, penyajian, daya tahan, ketelatenan dan seterusnya, sehingga anak itu mau makan," kata dia.

Hingga saat ini, menurut Dwi, BKKBN belum memiliki indikator khusus terkait evaluasi dan apa yang perlu diperbaiki dalam keluarga Indonesia. Namun, dia menekankan kasus stunting merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian.

Selama ini upaya BKKBN lebih kepada proses intervensi dalam pencegahan stunting melalui program pembinaan keluarga untuk mencegah kasus kekerdilan meningkat.

Kendati demikian hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan adanya penurunan prevalensi stunting dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,8 persen pada 2018.*


Baca juga: BKKBN tingkatkan kesertaan KB-kesehatan reproduksi peringati Harganas

Baca juga: Kota Padang jadi tuan rumah Harganas 2020


Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019