Banyak peluang investasi besar dari investor-investor di Korea, salah satunya Hyundai yang akan membangun pabrik otomotif. Selain mobil-mobil SUV maupun MPV, ke depan mereka akan bangun 'eco-friendly car' (mobil ramah lingkungan), yang bahan bakarnya
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mendatangi langsung beberapa perusahaan besar di Korea Selatan untuk  mendorong percepatan realisasi rencana investasi yang sudah dibidik sejak beberapa waktu lalu.

Siaran pers di Jakarta, Rabu, menyebutkan bahwa kunjungan kerja dilakukan sebagai tindak lanjut kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Korea Selatan pada September 2018, yang bertemu dengan perusahaan-perusahaan besar yang berinvestasi di Indonesia.

"Saat ini dunia usaha sudah mulai pulih setelah selesai tahun politik. BKPM juga terus membenahi sistem baru kami, yaitu Online Single Submission, karena ini salah satu yang dibahas juga dengan investor. Selanjutnya kita akan berkoordinasi dengan beberapa kementerian terkait insentif apa yang dapat diberikan untuk percepatan investasi setelah kunjungan ke Korea Selatan," kata Tom, sapaan akrab Thomas.

Di negeri ginseng, Tom bertemu dengan beberapa perusahaan di bidang industri baja, otomotif, kimia dasar, logistik, bioskop dan hiburan, dan pembangkit listrik.

"Banyak peluang investasi besar dari investor-investor di Korea, salah satunya Hyundai yang akan membangun pabrik otomotif. Selain mobil-mobil SUV maupun MPV, ke depan mereka akan bangun 'eco-friendly car' (mobil ramah lingkungan), yang bahan bakarnya menggunakan baterai lithium. Kita punya banyak biji nikel, itu yang nantinya bisa dibuat menjadi baterai lithium. Lalu, ada dari Posco juga yang sudah memasuki pembangunan pabrik bajanya tahap dua," jelasnya.

Salah satu investor besar yang juga ditemui mantan Menteri Perdagangan itu yakni Lotte Group yang telah memiliki bisnis ritel di Indonesia dan sedang mengembangkan bisnisnya di bidang hiburan, industri kimia dasar dan pengembangan properti.

Salah satu anak perusahaan Lotte Group yang telah masuk tahap realisasi adalah PT Lotte Chemical Indonesia (PT LCI) dengan pembangunan komplek industri petrokimia senilai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp53 triliun.

Pembangunan pabrik naphta cracker yang dilakukan oleh LCI merupakan prioritas pemerintah karena diharapkan akan mengurangi ketergantungan terhadap impor produk petrokimia, selain dapat memperbaiki neraca perdagangan karena produksi LCI juga berorientasi ekspor.

Direktur Promosi Sektoral BKPM Imam Soejoedi, yang juga aktif menangani proyek investasi asal Korea Selatan, menambahkan salah satu bentuk nyata dukungan pemerintah bagi perusahaan yang memiliki komitmen mengembangkan industri strategis di tanah air adalah dengan pemberian insentif, fasilitasi "end-to-end" dan membantu menyelesaikan permasalahan perusahaan sampai selesai.

Menurut Imam, pihaknya terus melakukan diskusi intensif dengan Lotte Group untuk memberikan kemudahan dan fasilitas investasi seperti "tax holiday" bagi perusahaan tersebut.

"Ini adalah bentuk nyata 'end-to-end service' yang diberikan oleh BKPM terhadap investor. Harapan kami agar investasi tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, namun juga bagi investor yang merasa mendapat keuntungan dari usahanya," ungkapnya.

Menurut data BKPM, investasi asal Korea Selatan didominasi sektor industri mesin dan elektronik (15 persen); pertambangan (13 persen); gas dan air (9 persen); industri sepatu (8 persen); serta industri karet dan plastik (8 persen).

Sebagian besar investasi Korsel masih berada di Pulau Jawa, diikuti dengan Kalimantan dan Sumatera. Total realisasi investasi sejak tahun 2014 sampai triwulan I tahun 2019 ini mencapai 7,3 miliar dolar AS dengan realisasi investasi mencapai 2 miliar dolar AS di tahun 2017 dan 1,6 miliar dolar AS pada 2018.
Baca juga: Menperin rinci perusahaan Korsel kembangkan investasi dukung pendalaman industri
Baca juga: Presiden Jokowi: Korsel investor ke-3 terbesar di Indonesia
Baca juga: Menlu: Indonesia-Korsel intensifkan kerja sama ekonomi



 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019