Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Budi Wahyuni mengatakan perempuan kerap menjadi sasaran banyak hal dan produk, termasuk industri rokok.

"Rokok yang selama ini disimbolkan sebagai maskulinitas tertinggi, kini juga dibuat yang lebih feminin," kata Budi acara yang diadakan Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau (JP3T) di Jakarta, Kamis.

Budi mengatakan negara perlu tegas dalam membuat peraturan. Selama ini, masih ada standar ganda dalam melihat rokok di Indonesia sehingga negara masih belum tegas melindungi rakyatnya dari bahaya rokok.

Menurut Budi, Komnas Perempuan tidak secara spesifik antirokok, tetapi menjalankan mandat yang diberikan negara untuk memastikan kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah tidak diskrimatif dan kondusif bagi perempuan.

"Apakah kebijakan negara soal rokok saat ini sudah kondusif bagi perempuan? Kebijakan tentang rokok seringkali dipertentangkan dengan hak asasi manusia," tuturnya.

Budi menilai selama ini perempuan senantiasa pada posisi yang lemah dalam kebijakan mengenai rokok, termasuk dalam rumah tangga.

"Berapa persen perempuan yang berani dan memiliki kuasa untuk meminta suaminya agar merokok di luar rumah? Sulit bagi perempuan, masalahnya pasti akan panjang," katanya.

Budi menjadi salah satu narasumber dalam diskusi yang diadakan JP3T bertajuk "Perempuan Target Industri Rokok". Selain Budi narasumber lain dalam diskusi itu adalah spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan dr Feni Fitriani Taufik. 

Baca juga: Perempuan perokok berisiko punya cucu penderita asma
Baca juga: Miss Portugal berhenti merokok demi cantik
Baca juga: Perempuan adalah korban rokok, jangan hanya diam

 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019