Singapura (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Air Singapura Masagos Zulkifli berterima kasih pada Indonesia karena dalam beberapa tahun terakhir kawasan ASEAN bebas dari polusi asap lintas batas.

“Berkenaan dengan polusi asap lintas batas, ASEAN telah menikmati langit yang bersih dalam beberapa tahun terakhir berkat kepemimpinan dan upaya yang kuat Presiden Jokowi dan Menteri (Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Siti Nurbaya. Singapura dan negara-negara ASEAN lainnya menghargai upaya ini,” kata Masagos dalam The 6th Singapore Dialogue on Sustainable World Resources di Singapura, Kamis.

Namun demikian, ia mengatakan ASEAN masih tetap harus waspada. Insiden kebakaran hutan baru-baru ini terjadi di sebelah utara kawasan Asia Tenggara menunjukkan cuaca yang lebih hangat dan lebih kering ke depan.

Ketua Singapore Institute of International Affairs (SIIA) Simon Tay sebelumnya mengatakan El Nino diperkirakan akan mulai terjadi di perempat kedua 2019. Namun demikian, dirinya optimistis kabut asap tidak akan terjadi seperti 1997 dan 2015.

Dalam tiga tahun terakhir Singapura menikmati langit biru. Kepemimpinan Presiden Joko Widodo, keterlibatan sektor swasta, peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hingga masyarakat menjadi kunci utama.

Harapannya langkah-langkah yang telah dilakukan Indonesia untuk mengatasi polusi asap lintas juga diikuti negara-negara ASEAN lainnya, ujar dia.

Badan Restorasi Gambut (BRG) mempunyai mandat merestorasi lebih dari dua juta hektare lahan gambut yang terbakar di 2015. Harapannya kemampuan menangani lahan gambut semakin baik mengingat berbagai teknologi baru juga digunakan, termasuk melakukan pemantauan dengan satelit, ujar Simon.

Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead dalam kesempatan yang sama mengatakan pada forum dialog yang sama di 2016 dirinya sempat mengatakan Singapura tidak akan mendapat asap seperti 2015. Pemerintah pusat hingga daerah, perguruan tinggi, LSM, pihak swasta dan masyarakat melakukan perubahan, harapannya ini terus berlanjut dan kabut asap tidak terulang.

Data BRG menunjukkan jumlah titik panas di area 2,5 juta hektare yang menjadi area prioritas restorasi gambut telah berkurang. Pada 2015-2016, titik panas di wilayah konsesi turun 98,57 persen sedangkan di nonkonsesi turun 98,6 persen.

Pada 2015-2017, jumlah titik panas di wilayah konsesi turun 99,32 persen sedangkan nonkonsesi 99,37 persen. Sedangkan di 2015-2018, jumlah titik panas di wilayah konsesi mencapai 92,98 persen dan di nonkonsesi 91,39 persen.

Tidak adanya polusi lintas batas dalam tiga tahun terakhir Nazir mengatakan karena upaya yang dibangun dipimpin Presiden Joko Widodo dan dijalankan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dan didukung oleh BNPB, TNI/Polri, serta BRG.

Sementara Global Director, Forests, World Resources Institute (WRI) Rod Taylor mengatakan kekeringan memburuk di kawasan Asia Tenggara. Dirinya mengikuti isu deforestasi kawasan ini sejak 15 tahun lalu, mengikuti masalah kebakaran hutan dan lahan sejak 20 tahun lalu, dan isu tersebut masih ada.

Meski demikian, ia mengatakan Indonesia melakukan perubahan, terlihat angka deforestasi menurun meski di negara-negara pemilik hutan lainnya di dunia angkanya justru meningkat.

Dirinya mengaku optimistis, pertemuan-pertemuan seluruh pemangku kepentingan, keikutsertaan pihak swasta, dan pemerintah yang terus mendorong sektor swasta untuk berubah dengan program-program yang baik akan memberikan perubahan.

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019