Palangkaraya (ANTARA) - Pesta demokrasi lima tahunan di Indonesia yang dilaksanakan pada 17 April 2019 yang menggabungkan lima pemilihan sekaligus menjadi hajatan terbesar bagi bangsa ini.

Hajatan "akbar" itu mengajak seluruh masyarakat yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai pemilih untuk menggunakan hak suaranya termasuk bagi warga di Desa Jaya Makmur.

Desa eks transmigrasi itu sendiri merupakan salah satu desa di Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, Indonesia.

Desa itu awalnya bernama Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yang didasarkan pada SK Menteri Transmigrasi pada 25 Maret 1984.

Di wilayah yang memiliki luas 5.997 hektare itu sebanyak 95 persen pekerjaan masyarakatnya hidup dari bertani. Total luas lahan pertanian berupa padi sekitar 1.650 hektare. Desa itu pun juga ditetapkan sebagai salah satu lumbung padi di Kalimantan Tengah.

Dari sisi penyelenggaraan pendidikan, desa yang memiliki 19 rukun tetangga (RT) itu pun bisa dibilang lengkap. Layanan pendidikan tingkat kanak-kanak hingga sekolah menengah kejuruan ada di desa itu.

Meski demikian, di wilayah yang dihuni sekitar 690-an kepala keluarga itu dari ibu kota Kabupaten hanya bisa ditempuh menggunakan longboad dengan sebutan L300 dengan menyusuri aliran sungai.

Ada dua jalur utama yang biasa digunakan warga desa untuk menuju ibu kota kabupaten. Pertama, jalur sungai dalam kabupaten.

Di jalur ini, dari dermaga yang berada di dalam desa, warga harus menempuh perjalanan 7-8 jam menggunakan kapal menyusuri aliran sungai Katingan hingga di pelabuhan di Desa Baun Bango, Kecamatan Kamipang. Kabupaten Katingan. Biaya yang dikeluarkan antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah jika mencarter.

Perjalanan kemudian dilanjutkan menggunakan mobil travel sekitar dua jam menuju ibu Kota Kasongan yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Katingan.

Sementara jalur kedua yang juga lebih diminati warga desa Desa Jaya Makmur dan desa sekitar ketika menuju ibu kota kabupaten harus dilalui melewati Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Dari dermaga yang sama, warga desa harus menaiki perahu berkapasitas maksimal 18 orang menuju dermaga di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur dengan estimasi perjalanan 4-5 jam.

Perjalanan ini pun dilakukan dengan melewati Sungai Katingan kemudian memotong aliran sungai memanfaatkan saluran air menuju Sungai Mentaya hingga akhirnya tiba di dermaga Sampit. Biaya yang dikeluarkan pun hampir sama mulai dari ratusan hingga jutaan rupiah jika dicarter.

Perjalanan kemudian dilanjutkan menggunakan jalur darat, menggunakan mobil travel sekitar tiga jam untuk sampai di Ibu Kota Kabupaten Katingan.

Penduduk di desa yang memiliki luas pemukiman sekitar 500 hektare itu pun didominasi warga transmigrasi kecuali sejumlah pegawai negeri seperti guru dan tenaga kesehatan.

"Keberadaan masyarakat sini didominasi keturunan warga transmigrasi kecuali beberapa orang yang berprofesi sebagai guru dan tenaga kesehatan serta pedagang. 90 Persen warga berprofesi sebagai petani. Desa kami pun ditetapkan sebagai salah satu daerah lumbung padi di Kalimantan Tengah," kata Akhmad Wahyudi, Kepala Desa Jaya Makmur saat yang ditemui di rumahnya.

Geliat daerah lumbung padi

Masyarakat ekstransmigran di Katingan, Kalteng, menjemur padi di jalan perkampungan. (Rendhik Andika)

Tak berbeda dengan daerah perkotaan, semarak pelaksanaan pesta demokrasi juga tampak di wilayah yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dari pusat Kecamatan Katingan Kuala. Di desa itu, tampak sejumlah baliho dan bendera parti politik peserta Pemilihan Umum 2019.

Tak hanya berada di tepi jalan, alat peraga kampanye milik peserta pemilu juga tampak di halaman rumah dan halaman toko milik warga.

"Selama ini pada pelaksanaan pemilihan umum, partisipasi masyarakat cukup bagus. Terakhir pada pelaksanaan Pilkada 2018, partisipasi masyarakat di sini mencapai 80 persen lebih. Sisanya karena warga sedang di luar desa," kata Akhmad Wahyudi, Kepala Desa Jaya Makmur.

Dia pun optimistis partisipasi masyarakat di wilayahnya akan maksimal. Hal itu karena sejumlah calon anggota legislatif juga pernah melakukan sosialisasi di desa tersebut.

Bahkan, untuk di Desa Jaya Makmur sendiri ada dua anggota Relawan Demokrasi (Relasi) yang dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Katingan.

Salah seorang anggota Relasi segmen Keagamaan, Saiful Rohman mengatakan, dalam melaksanakan tugas sosialisasi kepemiluan dirinya juga memiliki rekan dengan fokus sosialisasi berbasis keluarga.

"Sosialisasi sendiri kami laksanakan sesuai basis masing-masing. Dari hasil yang saya laksanakan, warga di sini terlihat antusias terutama mengetahui cara mencoblos yang benar, jumlah dan warna surat suara," katanya.

Sosialisasi kepemiluan yang dilakukan pria yang juga seorang guru SMP di desa itu dilakukan di sela kegiatan pengajian, ceramah agama maupun kegiatan keagamaan lainnya.

Berdasar data Panitia Pemilih Kecamatan (PPK) Katingan Kuala jumlah pemilih di Desa Jaya Makmur mencapai 1.569 jiwa terdiri dari 825 pria dan 744 wanita, tersebar di enam TPS.

Salah seorang tokoh masyarakat desa setempat Mukhisam berpesan kepada masyarakat untuk dapat menggunakan hak pilih sesuai hati nurani.

Pria berusia lebih dari 80 tahun yang akrab disapa mbah Isam itu juga mengajak warga ikut berpartisipasi dan menyukseskan pelaksanaan pemilu sebagai bentuk perjuangan memajukan daerah.

"Pilih yang terbaik. 'Lillahitaala' dan jangan berharap imbalan materi. Pilih calon pemimpin yang berjuang untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Sesepuh desa itu juga mengajak warga tetap menjaga kerukunan dan saling menghormati meski nantinya antar masyarakat berbeda pilihan.

Baca juga: "Negeri Laskar Pelangi" kompak sambut pesta demokrasi

Baca juga: Sepucuk surat dari Mongolia

 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019