Parapat (ANTARA) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan konsep "nomadic tourism" seperti yang diterapkan di The Kaldera-Toba Nomadic Escape dapat memperkuat Danau Toba sebagai destinasi pariwisata wisata kelas dunia.

"Konsep nomadic tourism sangat tepat diterapkan di Danau Toba dengan memaksimalkan segala potensi wisata di wilayah ini,” kata Arief Yahya di sela-sela peluncuran The Kaldera-Toba Nomadic Escape, di Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Kamis.

Nomadic Tourism (pariwisata nomaden) merupakan konsep wisata alam yang menjadi program prioritas unggulan nasional Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan jumlah wisatawan terkait pengembangan destinasi-destinasi pariwisata di Tanah Air.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, meresmikan The Kaldera-Toba Nomadic Escape, The Kaldera-Toba Nomadic Escape, di Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Kamis. The Kaldera-Toba mengusung konsep "nomadic tourism" (pariwisata nomaden) yang menyuguhkan wisata alam yang diyakini dapat meningkatkan jumlah wisatawan ke destinasi-destinasi pariwisata di Tanah Air. (ANTARA/Royke Sinaga).

Arief menjelaskan, "nomadic tourism" merupakan program strategis percepatan pengembangan 10 destinasi pariwisata super prioritas, utamanya di empat destinasi pariwisata yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo yang ditargetkan terwujud pada 2019.

"Nomadic tourism bisa menjadi solusi sementara sekaligus menjadi solusi terakhir, karena bisa mempercepat pengembangan pariwisata di Indonesia yang memiliki 17.000 pulau dengan 75.000 desa, dan ratusan destinasi yang indah," ujarnya.

Alasannya, untuk membangun hotel konvensional butuh waktu yang cukup lama, termasuk membangun penginapan-penginapan di tempat-tempat wisata.

Dari sisi bisnis, nomadic tourism juga diminati investor karena karakter bisnis ini murah, cepat operasional, dan cepat kembali modal sesuai dengan karakter pasar potensial yang disasar yaitu para wisatawan milenial.

Baca juga: Hari ini, Menpar akan resmikan "nomadic tourism" Kaldera Toba
Baca juga: Menpar nilai pengembangan infrastruktur kunci kemajuan pariwisata Danau Toba


Selain itu dalam mengembangkan model bisnis ini juga ada konsep ekonomi berbagi atau "sharing economy" di dalamnya, yang memberi keuntungan bagi semua pihak yang terlibat meliputi pemilik lahan, pengelola, dan masyarakat setempat.

The Kaldera berada di zona Otorita Pariwisata Danau Toba dimulai dibangun sejak awal tahun 2019 atau setelah proses penyerahan sertifikat hak pengelolaan (HPL) tahap I seluas 279 hektare dari 386,72 hektare di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir pada Desember 2018.

Ketua Tim Percepatan Nomadic Kemenpar Waizly Darwin mengatakan, The Kaldera sangat strategis hanya 20 menit dari Parapat, atau sekitar 1 Jam 30 menit dari Balige, hanya 2 jam dari Bandara Silangit 10 menit dari Bandara Sibisa.

The Kaldera memiliki pemandangan yang mempesona. Dari lokasi ini bisa melihat indahnya Desa Wisata Sigapiton berada di lembah diapit bukit di kanan dan kiri dengan pemandangan Danau Toba dan Pulau Samosir di kejauhan.

The Kaldera menyediakan amenitas berupa 15 tenda belt, 2 cabin, 2 tenda bubble, 1 ecopod, dan area parkir untuk camper van. Selain itu dilengkapi ampiteathre dengan kapasitas 250 orang, Kaldera Plaza, Kaldera Stage, Kaldera Hill, dan toilet.

The Kaldera dapat menampung 50 wisatawan yang menginap di fasilitas glamping (glamour dan camping).

Segmen utama wisatawan adalah para nomad, milenial dan family. Selain wisatawan nusantara, wisatawan mancanegara (wisman) yang menjadi target adalah wisman dari Malaysia, Singapura, dan Eropa.
The Kaldera-Toba Nomadic Escape, di Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Kamis. (ANTARA/Royke Sinaga).
 

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019