Jakarta (ANTARA) - Hasil survei Indo Barometer menyebutkan bahwa jarak elektabilitas pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul 21 persen diatas elektabilitas pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Hasilnya, seandainya Pilpres dilakukan hari ini, Jokowi-Ma’ruf Amin diprediksi menang, selisihnya 21 persen," kata peneliti Indo Barometer, Hadi Suprapto Rusli dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan tingkat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 50,2 persen, Prabowo-Sandi 28,8 persen dan sisanya sekitar 20 persen masih merahasiakan pilihannya.

Hadi mengatakan, Indo Barometer juga melakukan simulasi dua gambar capres disodorkan kepada responden, hasilnya Jokowi terpilih sebanyak 51,2 persen, Prabowo 28,9 persen dan yang masih merahasiakan pilihannya sebanyak 19,9 persen.

"Lalu hasil simulasi antarcawapres, Ma'ruf Amib memiliki elektabilitas 44,5 persen, Sandiaga Uno 32,1 persen dan yang belum menentukan pilihan sebanyak 23,4 persen," ujarnya.

Dalam acara tersebut, juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Roeslan Roelani mengatakan hasil survei yang dilakukan lembaga menjadi pemicu bagi pihaknya untuk tetap bekerja keras memenangkan Jokowi-Ma'ruf.

Dia menilai kalau melihat secara keseluruhan dari hasil survei-survei, Jokowi-Ma'ruf tetap memimpin meskipun selisih suara dari hasil berbagai lembaga survei berbeda-beda.

"Tentunya kita akan mengevaluasi semua survei yang ada untuk kita memcoba melihat apa yang ke depannya perlu dilakukan, perbaiki, dan pertebal margin yang ada," tutur Roeslan.

Roeslan mengatakan waktu yang mendekati Pemilu, pihaknya akan terus melakukan kampanye secara massif, terukur dan terstruktur terutama di masa kampanye terbuka mulai 24 Maret hingga 13 April 2019.

Juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade mengatakan kalau bicara kesimpulan survei, Jokowi-Ma'ruf pasti menang dan itu seharusnya tercermin dalam tata perilaku menghadapi kemenangan di Pilpres.

Namun, dia menilai ada perbedaan antara perilaku Jokowi-Ma'ruf dengan hasil survei yang selalu menyebutkan pasangan nomor urut 01 itu menang, yaitu terlihat kepanikan yang ditunjukan.

"Misalnya, rencana Menteri Dalam Negeri mengumpulkan 80 ribu kepala desa dan disuruh membiayai akomodasinya sendiri, itu diluar kebiasaan. Kalau akan menang maka tidak mungkin melakukan hal yang tidak etis dan tidak elok," ujarnya.

Dia menilai tiap kampanye Prabowo-Sandi, orang yang hadir "menyemut" dan antusias tanpa ada mobilisasi, berbeda ketika Jokowi-Ma'ruf kampanye yang kondisinya berbeda dengan Pilpres 2014.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019