Caranya dengan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk wilayah setempat atau terpencil, serta mengoptimalkan potensi sumber daya energi daerah yang ada
Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berkomitmen terus mengoptimalkan potensi sumber daya energi terbarukan sebagai langkah antisipasi meningkatkan kebutuhan energi dari tahun ke tahun yang semakin besar.

“Caranya dengan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk wilayah setempat atau terpencil, serta mengoptimalkan potensi sumber daya energi daerah yang ada,” ujarnya saat menghadiri sidang paripurna di Gedung DPRD Jatim di Surabaya, Kamis.

Sidang paripurna tersebut mengagendakan penyampaian nota penjelasan Gubernur terhadap Raperda tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi (RUED-P) Jawa Timur.

Menurut dia, Jatim memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar, antara lain panas bumi sebesar 1.012 Mega Watt (MW) yang terdapat di beberapa wilayah seperti Gunung Welirang, Gunung Wilis, Gunung Ijen dan beberapa gunung lainnya.

Potensi lainnya yakni air sebesar 525 MW, angin sebesar 7.907 MW, bioenergi sebesar 3.420 MW, surya sebesar 10.335 MW dan gelombang sebesar 1.200 MW.

“Panas bumi merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan ke depan menjadi andalan untuk memenuhi bauran energi Jatim yang ditargetkan sebesar 14 persen pada tahun 2050,” ucapnya.

Selain mengoptimalkan sumber daya energi daerah, kata dia, Pemprov Jatim juga akan mewujudkan cadangan energi daerah untuk menjamin ketahanan energi jangka panjang sekaligus mewujudkan konservasi sumber daya energi dan diversifikasi energi.

Caranya, lanjut dia, dengan mengonversikan energi mulai dari pemanfaatan sumber daya energi sampai pada pemanfaatan terakhir, lalu menggunakan teknologi yang efisien, serta membudayakan pola hidup hemat energi.

Sementara itu, mantan menteri sosial tersebut juga mengatakan konsumsi energi listrik di Jatim pada 2018 paling tinggi berasal dari industri sebesar 15.668 GWh, kemudian disusul rumah tangga sebesar 13.181 GWh, perdagangan atau usaha sebesar 4.751 GWh dan sosial sebesar 2.238 GWh.

Sedangkan, proyeksi kebutuhan energi sampai tahun 2050 di Jatim paling tinggi adalah industri sebesar 57,86 MTOE (Million Tonne of Oil Equivalen), kemudian disusul transportasi dengan jumlah kebutuhan 22,43 MTOE, dan rumah tangga sebesar 11,33 MTOE.

“Konsumsi tertinggi di sektor industri ini berkorelasi dengan tumbuh suburnya kawasan industri di Jatim, serta meningkatnya pertumbuhan ekonomi selaras dengan meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terutama kebutuhan energi,” katanya.

Baca juga: Gubernur Khofifah lepas ekspor daun kelor ke Korsel
 

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019