Dampak gempa tersebut berdasarkan informasi masyarakat, dirasakan warga di Kabupaten Kepulauan Sangihe-TalauddanKota Manado
Manado (ANTARA) - Gempa bumi yang mengguncang wilayah Davao dan Sarangani di Filipina, Sabtu, dengan magnitudo 5,6 Skala Richter (hasil pemutakhiran)  juga dirasakan oleh di wilayah Indonesia, antara lain di Kabupaten Kepulauan Sangihe-Talaud dalam skala intensitas II-III Modified Mercalli Intensity (MMI) 
dan juga di Kota Manado, Sulawesi Utara pada skala II MMI.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono mengatakan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi dikategorikan menengah akibat aktivitas subduksi lempeng Laut Filipina.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan struktur sesar obliq naik (Oblique Thrust Fault).

Dampak gempa tersebut berdasarkan informasi masyarakat, dirasakan warga di Kabupaten Kepulauan Sangihe-Talaud dan Kota Manado.

Beberapa saat kemudian, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gemp tersebut, sementara hasil pemodelan menunjukkan bahwa tidak berpotensi tsunami

"Hingga pukul 06.28 WIB berdasarkan hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock)," katanya.

BMKG berharap masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sabtu, pukul 06.07.57 WIB, wilayah Davao dan Sarangani di Filipina diguncang gempa bumi tektonik magnitudo 5,6 (hasil pemutakhiran).

Episenter gempa terletak pada koordinat 6,18 LU dan 125,45 BT atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 275 kilometer arah barat laut Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara pada kedalaman 92 kilometer.

Baca juga: Warga Kepulauan Talaud dan Sangihe-Sulut merasakan gempa 7,1 SR di Filipina

Baca juga: Gempa Filipina tak pengaruhi transportasi laut Sangihe


Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019