Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Hidayat Nur Wahid menerima kunjungan delegasi Majelis Rakyat Tiongkok (CPPCC) Komite Shan Ghai di Ruang Rapat Pimpinan MPR, Gedung Nusantara III, kompleks MPR, DPR, dan DPD RI, Senayan, Senin.

Dalam kesempatan tersebut delegasi CPPCC Komite Shan Ghai, dipimpin Ketuanya Mr Li Yiping.

Kepada Wakil Ketua MPR, Li Yiping menyampaikan kunjungannya ke Indonesia untuk meningkatkan hubungan baik antara parlemen maupun kedua bangsa, demikian dikutip dari keterangan pers.

Karena itu, selain bertemu pimpinan MPR, Majelis Rakyat Tiongkok Komite Shan Ghai juga mengagendakan pertemuan dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan juga bertemu dengan para pengusaha. 

Li Yiping berharap Pimpinan MPR bisa membantu menjembatani sekaligus mendorong terjadinya peningkatan kerja sama antara kedua negara. Apalagi, potensi kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok sangat luas khususnya dalam bidang penerapan telekomunikasi, penggunaan teknologi, perdagangan dan ekonomi. 

Pada kesempatan itu, Li Yiping menyampaikan undangan kepada pimpinan MPR untuk berkunjung ke Tiongkok, sekaligus melihat hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai selama ini. 

Menanggapi harapan tamunya, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyatakan sepakat bahwa kedua negara harus  meningkatkan hubungan kerja sama, termasuk sektor dunia pendidikan. Apalagi, mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama  Islam sangat patuh terhadap anjuran Nabi Muhammad SAW untuk selalu menuntut ilmu, bahkan hingga ke negeri Cina.

Hidayat juga menyanggupi  untuk menjadi penghubung bila CPPCC hendak berdiskusi dengan pengusaha muslim.

"Indonesia memiliki  banyak lembaga penelitian selain  LIPI, juga jaringan pengusaha muslim Indonesia, mereka itu bisa diajak melakukan  kerja sama antara Indonesia-Tiongkok. Selain itu, peningkatan kerja sama  juga dapat dilakukan  pada  bidang beasiswa diantara kedua negara," kata Hidayat.

Hidayat juga menyampaikan harapannya agar pemerintah Tiongkok bisa segera menyelesaikan persoalan muslim Uighur. Sebagaimana Indonesia menyelesaikan  persoalan berbagai masalah keberagaman dan isu mayoritas minoritas.

"Menyelesaikan persoalan muslim Uighur dengan baik, juga bisa menjadi alasan bagi kedua negara untuk saling meningkatkan kerja sama yang menguntungkan bagi keduanya", kata Hidayat menambahkan. 

Bagi Indonesia, menurut Hidayat meningkatkan hubungan dan saling mengunjungi itu adalah hal yang biasa, selagi semuanya dilakukan dalam koridor saling menghormati dan memberi manfaat.


 

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2019