Memiliki kawasan industri agaknya menjadi impian bagi setiap daerah karena akan mendorong peningkatan perekonomian dan mampu memacu perkembangan suatu daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan industri pada umumnya akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak dan menjadi magnet investasi. Daerah yang memikliki kawasan industri akan berkembang lebih cepat, sebagai contoh di Pulau Jawa dan bberapa daerah lainnya di luar Jawa.

Menurut data Kementerian Perindustrian pada 2017, jumlah kawasan industri mencapai 87 dengan luas areal yang digunakan 59.700 hektar. Lebih dari 40 persen peningkatan jumlah dan luas kawasan industri tersebut terjadi di luar Pulau Jawa.

Karena itu keinginan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk membangun sebuah kawasan industri agaknya bukan sekedar mimpi di siang bolong tetapi obsesi itu bisa diwujudkan, karena di "Bumi Gora" masih tersedia lahan cukup luas dan potensi bahan baku cukup melimpah.

Gubernur NTB H Zulkieflimansyah belum lama ini mengutarakan keinginannya agar NTB bisa menjadi daerah industri untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Bagi Bang Zul (sapaan akrab Zulkiflimansyah) menyebut industrialisasi merupakan salah satu yang menjadi obsesinya selama memimpin NTB lima tahun ke depan.

Ia mengakui banyak orang yang skeptis, karenanya industrialisasi ini jangan sampai omongan saja yang besar, tetapi kenyataannya tidak ada. Terbuka peluang untuk merelisasikan NTB sebagai kawasan industri.

Industrialisasi yang dimaksud, menurut Zul, tidak harus identik dengan pabrik-pabrik besar dengan menggunakan teknologi canggih, apalagi industri 4.0 yang tengah menjadi "trending topik" sekarang ini.

Namun, menurut dia, sebenarnya inti dari industrialisasi itu adalah pendalaman struktur industri, karena sesungguhnya industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi.

Bang Zul menyontohkan kalau tadinya hanya bisa mengirim jagung, dengan industrialisasi sebisa mungkin pengolah dilakukan di NTB. Kalau tadinya hanya bisa kirim sapi ke luar, sebisa mungkin dengan industrialisasi pemotongan dilakukan di NTB, sehingga yang dikirim sudah menjadi daging. Begitu juga dengan hasil tambang, laut dan lain-lain.

Bagi Bang Zul memaknai industrialisasi tidak harus semua berskala besar, ada juga yang kecil dan bahkan ada yang hanya berupa ide atau gagasan, namun tidak punya modal dan lahan sebagai lokasi usaha.

Karena itu untuk mewujudkan gagasan-gagsan itu Pemerintah Provinsi NTB telah menyediakan tempat yang disebut "Science Technology and Industrial Park" (STIP)

Untuk itu, Gubernur berharap keberadaan STIP akan dijadikan sebagai wahana untuk melingkupi pembisnis yang kekurangan modal yang tidak mampu membeli fasilitas dan untuk mempermudah mereka untuk menjadi pengusaha andal pada masa yang akan datang, alatnya, bantuan keuangan dan lain-lain disediakan dalam STIP.

STIP Banyumulek, di Kabupaten Lombok Barat sudah mulai beroperasi dan akan dijadikan inkubator bisnis. Keberadaan lembaga ini akan cuku membantu mengembangkan suatu bisnis.

Inkubator bisnis adalah perusahaan atau lembaga yang memberikan suatu program yang didesain untuk membina dan mempercepat keberhasilan pengembangan bisnis melalui rangkaian program permodalan yang diikuti oleh dukungan kemitraan/pembinaan elemen bisnis lainnya dengan tujuan menjadikan usaha tersebut menjadi sebuah perusahaan.

Dalam kaitan itu kalau ada sebuah industri yang ingin mengemas produk, kalau ada industri yang ingin mengolah daging menjadi produk yang memiliki nilai tabah karena belum miliki mesin dan butuh modal besar, maka pemerintah harus hadiri di situ.

Sejatinya upaya mempercepat hadirnya industrialisasi merupakan salah satu langkah strategis dalam ikhtiar Pemerintah Provinsi NTB untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat menuju "NTB Gemilang".

Penghasil bahan baku

NTB merupakan salah satu provinsi di tanah air yang menjadi penghasil berbagai macam bahan baku yang selama ini hanya dikirim dan dilakukan pengolahan di daerah lain.

Ini tidak mendatangkan dampak dan keuntungan cukup besar dalam menunjang kemajuan daerah.

STIP Banyumulek akan dijadikan inkubator bisnis. Tahun 2019 Pemprov NTB akan menambah fasilitas atau sarana prasarana yang dibutuhkan guna mendukung STIP Banyumulek menjadi inkubator bisnis di NTB.

Keberadaan STIP Banyumulek yang menjadi inkubator bisnis dihajatkan agar anak-anak muda NTB mau menjadi pengusaha. Mereka akan dilatih di STIP sambil diperkenalkan dengan perbankan.

Untuk melengkapi sarana dan prasarana STIP Banyumulek, kata Zul, memang pada tahap awal memerlukan biaya yang cukup besar. Karena menyangkut pembangunan infrastruktur fisik.

Menurut Zul, tidak mungkin pemerintah melatih anak-anak muda tanpa didukung fasilitas yang memadai sehingga Pemprov NTB akan berinvestasi atau mengalokasikan anggaran tahun 2019 mendatang untuk pengadaan mesin dan lainnya.

STIP Banyumulek sebelumnya bernama Techno Park Banyumulek. Pengembangannya dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Proyek Techno Park Banyumulek dibangun di atas lahan seluas 29 hektare disiapkan khusus sebagai kawasan untuk mengembangkan dan mengimplementasikaan inovasi IPTEK.

Melalui upaya peningkatan produksi menjadi produk komersil skala besar/industri, sehingga kemanfaatannya bagi masyarakat akan lebih terasa.

Potensi sumber daya alam di NTB selama ini dilirik banyak pemodal dari berbagai negara baik untuk sektor pariwisata maupun industi pengolahan.

Sejumlah sejumlah investor asal Selangor, Malaysia berminat untuk berinvestasi di NTB.

Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalillah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Investasi Komoditas Potensial dengan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Peradaban Malaysia dan Warisan, Negara Bagian Selangor, Malaysia, Datuk Abdul Rashid Asari di Kuta, Mandalika, Lombok Tengah belum lama in.

Sitti Rohmi menyampaikan agar para investor untuk tidak ragu berinvestasi di Lombok dan Sumbawa, terutama di bidang pariwisata dan ada, khususnya di bidang pabrik olahan.

Provinsi NTB itu terdiri dari dua pulau besar yaitu Lombok dan Sumbawa. Keduanya memiliki potensi pariwisata dan industri yang sama besarnya. Mulai dari wisata pantai/laut, gunung hingga desa wisata dengan beragam seni budaya.

Ia mengatakan untuk agroindustri dan pengolahan, potensi-potensi pertanian, peternakan dan perikanan di Lombok maupun Sumbawa sangat terbuka bagi para pengusaha Selangor.

Dia menyontohkan kerja sama ekspor seperti beras dan jagung dan jika perlu investasi pembangunan pabrik-pabrik atau mesin olahan hasil komoditi pertanian unggulan NTB.

Sementara itu Datuk Abdul Rashid Asari, menyatakan dirinya dan para pengusaha merasa cukup terkesan dengan kesiapan KEK Mandalika saat diajak berkeliling sebelum penandatanganan MoU digelar.

Abdul Rashid juga menyatakan industri permesinan serta pabrik pengolahan hasil komoditas pertanian maupun perikanan juga menjadi sektor yang siap dijajaki.

Sejatinya dengan potensi bahan baku yang besar serta kesiapan lahan yang cukup luas impian NTB menjadi daerah industri agaknya bukan sekedar mimpi di siang bolong, tapi bisa diwujudkan.

Baca juga: Panglima TNI dan Kapolri kunjungi Kawasan Industri Morowali
Baca juga: Pacu pertumbuhan Indonesia timur, Kemenperin dorong perluasan Kawasan Industri Makassar

Pewarta: Masnun
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019