Petahana mengatakan infrastruktur penting hingga pendukungnya 'over claiming'. Lalu, penantang mengatakan infrastruktur gagal, tapi datanya mana?
Jakarta (ANTARA News) - Center of Reform on Economics (Core) Indonesia meminta calon presiden tidak menyajikan data infrastruktur sebatas jargon saat debat putaran kedua pada 17 Februari 2019.

Ekonom Core Indonesia Akhmad Akbar Susamto dalam diskusi di Jakarta, Jumat, menyebutkan data yang disajikan kedua kandidat perlu dipilah dengan baik agar sesuai dengan kondisi nyata.

"Baik yang petahana maupun penantang, data-datanya tidak terlalu meyakinkan. Dua-duanya hanya bermain jargon. Petahana mengatakan infrastruktur penting hingga pendukungnya over claiming. Lalu, penantang mengatakan infrastruktur gagal, tapi datanya mana? Mereka cenderung memberikan potongan-potongan kecil," katanya.

Akbar menuturkan, karena datanya tidak akurat, kubu penantang bahkan menarik potongan-potongan data yang tidak terkait. Contohnya yakni mengenai klaim infrastruktur gagal karena perlu membayar utang.

"Kalau saya kasih saran ke penantang, kumpulkan datanya mana saja (proyek) yang gagal itu atau belum perlu dan pemborosan, beri datanya," katanya.

Sebaliknya, kubu petahana juga harus bisa mengakui jika ada kekurangan dalam pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan.

"Seharusnya petahana begini, mengakui 'oke ada kekurangan di titik ini, tapi kami tunjukkan bahwa sebagian berhasil'," katanya.

Dengan demikian, debat akan berlangsung dengan basis data akurat dan lebih berbobot sehingga publik juga mengetahui secara detail program kandidat pilihannya.

Baca juga: Untung rugi pembangunan infrastruktur perlu dilihat per proyek
Baca juga: Pengamat tekankan capres wujudkan kota berkelanjutan
 

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019