Pamekasan (ANTARA News) - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Moqoddas menjadi guru ngaji politik pada Pekan Ngaji IV di Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Bata-bata, Pamekasan, Jawa Timur, Senin.

Busyro Muqoddas menjadi guru ngaji politik bersama mantan Hakim Agung Artidjo Alkostar pada pekan ngaji politik bertema "Islam dan Kebangsaan, Transformasi Gagasan, dan Praktik Politik Islam di Indonesia" di Aula Kantor Pesantren Mambaul Ulum, Bata-Bata, Desa Panaan, Kecamatan Palengaan, Pamekasan itu.

Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan bahwa perubahan politik sangat perlu di Indonesia. Hal itu sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

"Dalam Surah Ar-ra`du, Allah berfirman bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mengubah diri mereka sendiri," katanya.

Mantan Ketua KPK ini memandang perlu menyelamatkan Indonesia dengan membuat regenerasi.

"Salah satu pusat regenerasi terbesar adalah pondok pesantren, khususnya Santri Bata-bata," ujarnya disambut gemuruh tepuk tangan santri yang mengikuti acara itu.

Pemateri Artidjo Alkostar memaparkan kendala politik Islam di Indonesia.

"Politik Islam di Indonesia terkendala karena belum adanya contoh model serta maraknya pelanggaran HAM yang terjadi," kata pria lulusan program studi S-2 di Chiccago itu.

Ngaji politik diakhiri dengan pernyataan penutup oleh pemandu acara Ismail dengan mengutip pernyataan politikus Napoleon Bonaparte yang mengatakan, "Segenggam kekuasaan dapat mengalahkan segudang ilmu."

Pekan Ngaji IV di Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Bata-bata kali ini diisi dengan beragama kegiatan ilmiah dengan menghadirkan narasumber ahli.

Berbagai persoalan kehidupan dikaji pada acara tersebut, baik politik, ekonomi, pertanian, perdagangan, pencak silat, maupum film.

Menurut Pengurus Alumni Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Bata-bata Pamekasan Syamsul Arifin, pekan ngaji itu merupakan kegiatan tahunan dan telah berlangsung sejak 4 tahun lalu. Tujuannya untuk meningkatkan wawasan keilmuan santri dalam berbagai bidang keilmuan.

"Ini dimaksudkan agar santri memiliki wawasan keilmuan dalam banyak hal dan tidak hanya tahu soal agama," katanya.

Baca juga: Busyro tantang media massa adakan polling Pilpres

 

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019