Kupang  (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai 2019 menargetkan mengekspor daun kelor sebanyak 1.000 ton per tahun ke Benua Afrika.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT Timur Yohanis Tay Ruba di Kupang, Jumat, menyatakan, sudah ada permintaan dari Afrika daun kering kelor dalam bentuk bubuk sebanyak 1.000 ton/tahun.

Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan pengembangan tanaman kelor di NTT untuk tujuan ekspor.

Pemerintah provinsi, lanjutnya, mulai mempersiapkan pengembangan kelor secara besar-besaran melalui gerakan "revolusi hijau" yang dicanangkan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat bersama Wakilnya Yosef Nae Soi.

Yohanis menjelaskan, untuk tahap pengembangan awal, telah disiapkan lahan sekitar 8 hektare di Kabupaten Kupang yang menyebar di Desa Oefafi, Desa Oeteta, dan Desa Pitai, untuk dijadikan sebagai demplot (demontration plot).

"Di demplot ini akan dilakukan pengembangan tanaman kelor untuk klaster daun secara terintegrasi dan intensif," katanya.

Dijelaskannya, populasi kelor yang akan ditanam pada lahan demplot itu sebanyak 10.000 pohon per hektare.

Setelah dikembangkan sekitar enam bulan, lanjutnya, daun kelor akan dipangkas dan diproses lebih lanjut menjadi daun kering untuk dijadikan pupuk.

"Di lokasi demplot itu kami juga mengajak berbagai pihak untuk berinvestasi dalam usaha kecil menyiapkan peralatan pengering," katanya.

Yohanis mengaku optimistis bisa memenuhi  permintaan daun kelor dari luar negeri tersebut karena pengembangannya akan dilakukan secara besar-besaran di berbagai daerah potensial.

"Rencana pencanangan awal pada November 2018 dan selanjutnya pengembangan akan dilakukan secara gencar mulai 2019 dan 2020," katanya.

Baca juga: NTT akan ekspor bawang merah organik ke Timor Leste
Baca juga: Ekspor NTT ke Brunei andalkan ikan tuna loin
 

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018