Ankara, Turki (ANTARA News) - Terbunuhnya wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi adalah masalah yang lebih besar daripada yang hanya berkaitan dengan Turki dan Arab Saudi, kata Juru Bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin pada Senin (22/10).

"Masalah itu bukan antara Turki dan Arab Saudi. Turki melakukan tindakan yang perlu untuk mengungkapkan peristiwa tersebut berdasarkan hukum nasional dan internasional," kata Kalin dalam satu taklimat di Ibu Kota Turki, Ankara.

"Masalah itu menyoroti pembunuhan kejam," ia menambahkan, sebagaimana dilaporkan kantor berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Kalin mengatakan Turki telah melakukan penyelidikan "yang sensitif dan menyeluruh" mengenai kasus Khashoggi, yang telah hilang sejak ia memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober.

Setelah berhari-hari membantah bahwa Arab Saudi mengenai keberadaan wartawan itu, Riyadh pada Sabtu (20/10) menyatakan Khashoggi meninggal selama perkelahian di dalam Konsulat.

Pada hari hilangnya Khashoggi, 15 lagi warga negara Arab Saudi --termasuk beberapa pejabat-- tiba di Istanbul dengan naik dua pesawat dan mengunjungi Konsulat tersebut saat ia berada di dalamnya, kata beberapa sumber polisi Turki. Semua orang yang diidentifikasi tersebut sejak itu telah meninggalkan Turki.

Satu tim gabungan Turki-Arab Saudi menyelesaikan penyelidikan mengenai kasus tersebut pada Kamis (18/10), setelah menggeledah kediaman konsul jenderal serta Konsulat Arab Saudi di Istanbul.

"Pendirian Presiden kami (Recep Tayyip Erdogan) sangat jelas sejak awal. Tak ada yang disembunyikan berkaitan dengan peristiwa ini," tambah Kalin.

Kalin juga mengingatkan wartawan bahwa Erdogan dan Presiden AS Donald Trump dalam percakapan telepon pada Ahad (21/10) membahas kasus Khashoggi, perang melawan terorisme dan perkembangan terakhir di Suriah.

"Trump berterima-kasih kepada Presiden kami mengenai kesepakatan Idlib dan berkata, `Anda mencegah bencana besar kemanusiaan melalui kesepakatan di Idlib ini, tempat tinggal 3,5 juta orang," kata Kalin.

Pada September, Erdogan dan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin sepakat untuk membentuk zona demiliterisasi di Provins Idlib, bagian barat-laut Suriah.

Mengenai perkembangan terkini dalam patroli gabungan Turki-AS di Manbij, Suriah, Kalin mengatakan, "Para pejabat AS telah mulai melakukan tindakan yang perlu guna mempercepat proses tersebut."

"Pelatihan gabungan yang berlangsung di Gaziantep (provinsi di bagian tenggara Turki) akan selesai dalam beberapa hari ke depan dan patroli gabungan di seluruh Manbij akan segera dimulai," katanya.

Kesepakatan Manbij antara Turki dan AS dipusatkan pada penarikan pasukan gerilyawan YPG/PKK dari kota di Provinsi Aleppo, Suriah Utara, untuk menstabilkan wilayah itu.
 

Pewarta: Antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018