Palu, (ANTARA News) - Sejumlah warga di Palu, Sulawesi Tengah mengeluh harga elpiji bersubsidi dijual di luar pangakalan mencapai Rp50.000/tabung.

"Tindakan para pedagang pengecer menjual gas subsidi untuk kebutuhan rumah tangga itu sangat merugikan masyarakat," kata  Maria Bubun di Palu, Minggu.

Ia mengatakan terpaksa membeli elpiji dijual pengecer, sebab stok di pangakalan resmi kosong. Biasanya, kata dia, membeli elpiji di salah satu pangkalan yang ada di wilayah tersebut.

Tetapi, kata dia sudah dua pekan ini, pangkalan belum mendapatkan pasokan elpiji. Karena itu, warga membelinya di kios-kios meski harga jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

"Di pangkalan, harga elpiji 3 kg hanya Rp16.000/tabung. Tapi di kios-kios pengecer mencapai Rp50.000/tabung," kata dia.

Padahal, pedagang kios sudah diperingati untuk tidak menjual, namun kenyataannya elpiji subsidi tersebut semakin banyak dijual diluar pangakalan.

Para pedagang tampak mengabaikan larangan dari Pemkot untuk tidak menjual elpiji subsidi di kios. Elpiji subsidi hanya dijual lewat pangakalan pengecer resmi.

Ia mengemukakan saat membeli elpiji di salah satu kios di kawasan itu, pemilik kios sudah ditegur dan diancam untuk dilaporkan kepada petugas, tetapi bersangkutan tetap bersikeras menjual elpiji 3 kg dengan harga Rp50.000/tabung.

Sementara pantauan di sejumlah pangkalan di Ibu Kota Provinsi Sulteng, rata-rata stok elpiji subsidi kosong.

Tetapi untuk elpiji nonsubsidi yakni ukuran 5,5kg dan 12 kg/tabung, stoknya banyak di pasaran.

Djafar, salah seorang pemilik pangkalan elpiji subsidi di wilayah Palu Selatan mengaku sudah dua pekan terakhir ini belum mendapatkan pasokan. Biasanya sekali seminggu mendapat jatah pasokan elpiji subsidi.

Namun, kata dia, selama dua pekan ini belum mendapat pasokan dari pihak agen penyalur. Dia mengaku tidak mengetahui apa penyebabnya.

Baca juga: Jawaban Pertamina mengapa elpiji bersubsidi langka

Baca juga: Bareskrim selidiki penyebab elpiji tiga kilogram langka

Pewarta: Anas Masa
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018