Jakarta (ANTARA News) - Buku berjudul "Indonesian Dream: Revitalisasi dan Realisasi Pancasila Sebagai Cita-Cita Bangsa" yang akan diluncurkan oleh Presiden Inadata Consulting dari California, AS, Elwin Tobing pada Senin (20/8) menawarkan revitalisasi narasi Pancasila sebagai cita-cita manusia dan bangsa Indonesia.
 
Elwin dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu, mengatakan, selama ini Pancasila cenderung berfungsi sebagai ideologi yang mengatur ketatanegaraan, sehingga kurang menyentuh secara personal.
 
Padahal, kata Elwin, Pancasila seperti yang dirumuskan oleh Bung Karno dan Bapak Pendiri Bangsa lainnya tidak hanya mengatur ketatanegaraan, melainkan menyangkut cita-cita manusia dan bangsa Indonesia serta system nilai untuk mencapai cita-cita tersebut.
 
"Pancasila sebagai suatu cita-cita atau impian sifatnya menjadi personal, tidak hanya menekankan negara atau bangsa," katanya. 
 
Syarat untuk membangun bangsa Indonesia, lanjut dia, hanya dapat dilakukan dengan cara membangun manusia-manusia Indonesia yang berdasarkan sistem nilai atau cita-cita Pancasila.
 
"Ketika seseorang mendengar Pancasila di benaknya bukan lagi semata-mata 'Bhinneka Tunggal Ika', melainkan impian menjadi manusia Indonesia yang berdaulat, seperti termaktub dalam Pancasila itu sendiri. Untuk menjadi manusia yang berdaulat harus memenuhi tiga syarat yaitu merdeka, berkeadilan, dan berpengetahuan," kata Elwin.
 
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kata dia, manusia dan bangsa Indonesia harus mengembangkan tiga modal, yakni modal spiritual, modal sosial, dan modal manusia. Bila ini terwujud, maka 'Bhineka Tunggal Ika' dengan sendirinya lebih mudah terbangun, bukan lagi sebatas slogan. 
 
Gagasan Indonesian Dream dalam buku yang akan diluncurkan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta Pusat, pada Senin (20/8) itu lahir sekitar dua dekade lalu, tepatnya ketika Indonesia berada pada zaman reformasi yang menimbulkan berbagai krisis sosial, ekonomi, politik, dan identitas.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018