Ambon (ANTARA News) - Museum Siwalima Ambon, kembali mendapatkan tambahan koleksi berupa 100 potong keramik peninggalan Dinastri Tsung Cina pada abad X hingga XII yang merupakan sumbangan dari Komisi Nasional Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Koleksi bernilai sejarah itu diserahkan Sekretaris Panitia Nasional BKMT, Ir Ida Kusuma, kepada Kepala Museum Siwalima Ambon Drs J Matitaputty di Ambon, Selasa. Alasan penyerahan 100 koleksi dinasti Tsung kepada museum Siwalima itu, menurut Ida Kusuma, karena Maluku memiliki potensi BMKT yang sangat besar sebagai salah satu daerah yang menjadi incaran kaum penjajah, namun sejauh ini belum berhasil digali dan ditemukan. "Dari arsip sejarah yang ada, Maluku tercatat sebagai daerah memiliki potensi besar untuk BMKT, mengingat latarbelakang sejarahnya sebagai daerah penghasil rempah-rempah terkenal di dunia, sehingga menarik perhatian para pedagang dari Asia, Eropa dan Amerika datang bertransaksi," katanya. Ke-100 potong barang peninggalan dinasti Tsung yang diberikan kepada Museum Siwalima itu merupakan bagian negara hasil pengangkatan sebuah kapal yang karam di Pulau Buaya, Kepulauan Riau tahun 1990 oleh PT. Muara Wisesa Samudera yang terdiri jenis mangkok, piring, pasu, kendi dan artefak logam yang diperkirakan berasal dari abad 10 hingga 20 Museum Siwalima sendiri telah mengajukan permintaan koleksi sejak tahun 2005 lalu, namun baru direalisasikan tahun 2007 dikarenakan adanya penertiban administrasi BMKT yang menjadi koleksi Panitia Nasional. Selain 100 keramik itu, juga diserahkan sebuah buku tentang ekspedisi pengangkatan di Pulau Buaya, Kepulauan Riau berjudul "The Pulau Buaya Wreck, Finds From Song Period" serta CD berisikan foto-tofo BMKT yang didistribusikan itu, guna dijadikan referensi dan literatur. Ida Kusuma menambahkan, kegiatan distribusi BMKT yang dilakukan merupakan hasil kesepakatan Anggota Panitia Nasional, 5 Desember 2006 tentang pemanfaatan BMKT yang seimbang antara aspek ekonomis dan non-ekonomis. Pemanfaatan ekonomis diwujudkan melalui penjualan/pelelangan BMKT yang dapat menghasilkan pendapatan bagi negara. Sedangkan pemanfaatan non-ekonomis dilakukan dalam bentuk distribusi BMKT hasil pengangkatan di perairan Indonesia ke museum, universitas dan lembaga penelitian di daerah untuk tujuan pengayaan koleksi, bahan penelitian serta penunjang pendidikan dan pendalaman sejarah budaya, di samping pemilihan BMKT yang telah diangkat perusahaan untuk disimpan sebagai koleksi negara di Museum Nasional atau di tempat lain yang ditentukan. Panitia Nasional sendiri telah mendistribusikan BMKT di beberapa lokasi, di antaranya pada tiga instansi di Padang, Sumatera Barat, khususnya Museum Adityawarman, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar dan Balai Peninggalan Sejarah dan Nilai Tradisional, Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada, Departemen Arkeologi Universitas Indonesia serta Museum Pemda Bitung. Ida Kusuma berharap penyerahan benda bersejarah itu dapat membantu masyarakat khususnya dunia pendidikan masyarakat di Maluku guna meningkatkan pengetahuan tentang latar belakang sejarah Indonesia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007