Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Jepang sedang merintis kerja sama untuk pengarsipan warisan budaya, sebagai upaya membangun sebuah sistem data kebudayaan terpadu yang diamanatkan Undang-Udang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid, proyek raksasa ini memerlukan banyak sekali ahli, pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan tidak hanya dari Indonesia tetapi dari negara lain termasuk Jepang.

"Kita senang bahwa kita mendapat mitra dalam perjalanan ini yaitu Jepang yang memang sudah punya pengalaman melakukan preservasi dan digitalisasi terhadap koleksi warisan budaya mereka," ujar Hilmar saat membuka "Seminar on Cultural Heritage Digital Archive" di Jakarta, Rabu.

Seminar yang diselenggarakan untuk memperingati 60 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang-Indonesia itu menghadirkan seorang profesor Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Kyoto, Ari Ide-Ektessabi, yang telah terlibat dalam sejumlah riset dan pengembangan teknologi pencitraan mutakhir serta proyek arsip digital, baik di dalam maupun di luar Jepang.

Dalam seminar tersebut, Profesor Ari tidak hanya memaparkan berbagai proyek arsip digital yang telah dikerjakannya tetapi juga mendemonstrasikan proses pengarsipan aset budaya menggunakan alat pemindai digital dengan resolusi sangat tinggi.

Hilmar menilai ilmu dan pengalaman dari Jepang dan banyak negara lain patut dilihat untuk membangun sebuah sistem data kebudayaan terpadu yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ditemukan di lapangan.

"Agak sulit kita membayangkan sebuah sistem data yang sepenuhnya bisa dikreasi selanjutnya tinggal diterapkan. Setiap sistem data pasti dibangun sambil berjalan," tutur dia.

Ia pun mengungkapkan bahwa tahun ini proses pengumpulan data dan informasi sudah mulai berlangsung, dan akan dibahas tindak lanjutnya dalam Kongres Kebudayaan yang akan diselenggarakan di Bali, November mendatang.

Pendataan di tingkat kabupaten/kota, ke tingkat provinsi, kemudian berlanjut ke tingkat nasional dikatakannya masih akan jauh dari lengkap, tetapi setidaknya pekerjaan besar ini mulai dilakukan.

"Harapannya tahun ini juga kita bisa bekerja dengan bahan yang sudah ada di tangan. Daripada kita terus mengonsepsikan atau membayangkan secara abstrak, akan sangat baik kalau sistem ini dibangun dengan bahan-bahan yang konkret," kata Hilmar.

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018