Jakarta (ANTARA News) - Perilaku buruk mengoperasikan telepon seluler saat mengendarai mobil maupun motor menjadi salah satu dari 10 penyebab utama kecelakaan lalulintas di Indonesia.

Kepala Seksi Kemitraan Korlantas Polri, AKBP Aldo Siahaan, mengatakan berdasarkan data Korlantas Polri pada Januari hingga Mei 2017, terjadi 37.204 kasus kecelakaan lalulintas di Indonesia, dengan korban tewas sebanyak 9.034 orang dan luka berat sebanyak 6.357 orang.

Aldo menjelaskan, setidaknya ada 10 penyebab utama kecelakaan lalulintas. Pertama adalah melakukan kegiatan yang menggangu konsentrasi berkendara, yaitu mengoperasikan ponsel sambil menjalankan kendaraan.

"Kecelakaan di bumi Indonesia ini ada 10 penyebab utama. Pertama distracted driving, seperti berkendara sambil telepon, SMS-an, makan dan minum ketika berkendara," kata Aldo seusai acara Michelin Safety Academy, beberapa waktu lalu di Jakarta.

"Kedua, berkendara terlalu cepat sehingga sulit memberikan reaksi jika terjadi sesuatu. Saking cepatnya, Anda tidak sempat bereaksi untuk keselamatan. Ketiga, tidak memperhatikan marka jalan," sambung Aldo.

Faktor lainnya yang menjadi penyebab utama kecelakaan adalah menerobos lampu merah, emosi tidak stabil dari pengemudi yang umumnya masih remaja, serta perilaku melawan arus yang menyebabkan kecelakaan fatal karena kendaraan lain datang dari arah berlawanan.

Berbelok tanpa melihat kondisi jalan, berkendara di bawah pengaruh alkohol, balapan liar dan modifikasi kendaraan yang tidak sesuai aturan juga menjadi faktor utama kecelakaan di Indonesia.

"Kendaraan dari pabrik sudah didesain sedemikian rupa untuk keselamatan, jadi tidak usah dimodifikasi macam-macam. Apalagi yang berkaitan dengan keselamatan, misalnya modifikasi ban," ucap Aldo.

Fakta lain, menurut Aldo, penggunaan sabuk pengaman ternyata bisa mengurangi risiko fatalitas kecelakaan hingga 61 persen.

Aldo berpesan agar para pengendara menguasai teknik, peraturan dan etika berlalulintas. Pengendara juga harus memastikan motor atau mobil dalam kondisi prima sebelum dijalankan.
Pewarta:
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017