Caracas, Venezuela (ANTARA News) - Presiden Kongres Venezuela yang beroposisi kepada pemerintah, menuduh bank investasi Wall Street, Goldman Sachs, telah membantu dan bersekongkol dengan rezim diktator negeri itu menyusul laporan bahwa bank ini membeli surat utang senilai 2,8 miliar dolar AS dari negara yang lagi ditimpa krisis likuiditas tersebut.

Wall Street Journal dua hari lalu melaporkan bahwa Goldman mengeluarkan 31 sen dolar AS untuk setiap obligasi yang diterbitkan BUMN minyak Venezuela PDVSA bertenor lima tahun sampai 2022, atau total senilai 865 juta dolar AS.

Transaksi keuangan ini terjadi setelah dua bulan gelombang demonstrasi oposisi menentang Presiden Nicolas Maduro yang sudah menewaskan hampir 60 orang dan ambruknya perekonomian negara sosialis itu telah membuat jutaan orang kesulitan makan.

"Saluran keuangan Goldman Sachs ke rezim ini akan mengokohkan penindasan brutal terhadap ratusan ribu orang Venezuela yang berunjuk rasa secara damai untuk perubahan politik di negeri ini," tulis Julio Borges dalam surat kepada Presiden Goldman Sachs Lloyd Blankfein.

"Mengingat tidak konstitusionalnya pemerintahan Nicolas Maduro, ketidakmauannya menggelar Pemilu demokratis dan pelanggaran hak asasi manusianya yang sistematis, saya mencemaskan Goldman Sachs yang memutuskan memasuki transaksi ini."


Baca juga: (Krisis makin panas, Venezuela keluar dari OAS)


Surat itu juga berisi pernyataan bahwa Kongres akan membuka penyelidikan atas transaksi obligasi oleh Goldamn Sachs itu dan dia akan merekomendasikan kepada siapa pun pemerintahan demokratis Venezuela nanti untuk tidak mengakui atau tidak membayar surat utang yang telah dibeli Goldman Sachs itu.

Juru bicara Goldman Sachs menolak mengomentari perkembangan ini. Demikian pula dengan Kementerian Informasi Venezuela yang bertindak sebagai penyambung Kementerian Keuangan.

Surat utang itu tidak langsung dijual oleh bank sentral Venezuela, melainkan lewat perantara, kata tiga sumber dalam industri keuangan, termasuk seorang dari Goldman, kepada Reuters, Senin waktu setempat.

"Perantara-perantaranya dari Eropa," kata sumber pada Goldman.

Mengingat perekenomian Venezuela saat itu terpukul oleh harga minyak rendah, pemerintahan Maduro menjadi tergantung kepada kesepakatan-kesepakatan keuangan atau penjualan saham BUMN agar cadangan devisa tercukupi.

Cadangan devisa Venezuela naik 749 juta dolar AS pada Kamis dan Jumat pekan lalu, sampai menyentuh angka 10,86 miliar dolar AS. Tapi nilai sebesar ini masih 50 persen di bawah angka tiga tahun lalu, demikian Reuters.



Baca juga: (Dewan Keamanan PBB akan bahas krisis Veneuzela)

Baca juga: (Jumlah korban tewas di Venezuela meningkat jadi 42 orang)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017