Istanbul (ANTARA News) - Otoritas Turki pada Rabu menyelidiki rekaman video dan pengakuan para saksi setelah tiga terduga anggota ISIS meledakkan diri di bandar udara Istanbul sehingga menewaskan 41 orang dan melukai 239 lainnya.

Serangan di bandara terbesar ketiga di Eropa tersebut merupakan serangan yang paling mematikan dalam rangkaian bom bunuh diri yang terjadi di Turki pada tahun ini, lapor Reuters.

Presiden Tayyip Erdogan mengatakan bahwa serangan itu harus menjadi titik balik perang global melawan terorisme.

Lima warga Arab Saudi dan dua warga Irak masuk dalam daftar korban tewas, kata otoritas Turki. Selain itu, 13 warga asing lain yang menjadi korban berasal dari China, Yordania, Tunisia, Uzbekistan, Iran, dan Ukraina.

Sebelum meledakkan diri, seorang pelaku menembaki ruang tunggu keberangkatan dengan senapan laras panjang, sehingga memaksa calon penumpang melarikan diri. Setelah itu, ketiga pelaku secara bersamaan meledakkan diri di tempat kedatangan satu lantai di bawahnya.

Kantor Berita Dogan menuliskan bahwa otopsi atas ketiga pelaku sudah selesai dilakukan. Mereka diduga berasal dari negara asing, kata Dogan tanpa menyebut sumber.

"Serangan ini menyasar orang-orang yang tidak berdosa. Ini adalah aksi terorisme terencana," kata Perdana Menteri Binali Yildirim kepada para wartawan pada Rabu pagi waktu setempat.

"Ada bukti awal bahwa para pelaku meledakkan diri setelah mengeluarkan tembakan senjata api," katanya serta menambahkan bahwa mereka tiba di bandara dengan taksi dan diduga merupakan anggota ISIS.

Dua pejabat anti-terorisme Amerika Serikat juga mengatakan bukti-bukti awal menunjukkan bahwa kelompok bersenjata ISIS adalah terduga utama meski belum ada bukti konkrit.

Istanbul adalah kota yangmenjembatani Eropa dengan Asia sehingga membuat bandara Ataturk menjadi titik transit bagi penumpang dari seluruh penjuru dunia. Gubernur Istanbul menyatakan bahwa 109 dari 239 korban luka kini telah keluar dari rumah sakit.

"Banyak terdengar bayi menangis, orang-orang berteriak, kaca-kaca pecah sementara darah menutupi lantai. Situasi saat itu sangat penuh sesak dan kacau. Ini adalah peristiwa yang traumatis," kata Diana Eltner, 29, psikolog dari Swiss yang saat itu sedang transit menuju Vietnam.

Otoritas setempat telah membatalkan 340 penerbangan meski keberangkatan kembali normal pada 8:00 waktu setempat atau 12:00 WIB

Serangan di Ankara ini mempunyai banyak kesamaan dengan peristiwa bom bunuh diri di bandara Brussel pada Maret lalu yang menewaskan 16 orang. Sebuah serangan terkoordinasi juga menyasar stasiun kereta dalam kota yang juga menewaskan 16 orang.

Selain di Brussel, ISIS juga mengklaim serangan senjata api dan bom yang menewaskan 129 orang di Paris pada November tahun lalu.

"DI Istanbul, mereka mengkombinasikan metode serangan Brussel dan Paris. Mereka merencanakan pembunuhan yang memaksimalkan ketakutan dan nyawa," kata Suleyman Ozeren, pakar terorisme dari lembaga Global Policy and Strategy Institute.
(Uu.G005/M007)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016