Batam (ANTARA News) - Hujan yang terjadi sejak pagi hingga siang hari mengguyur Kota Batam Kepulauan Riau belum bisa memperbaiki kualitas udara Batam yang tercemar kabut asap kebakaran hutan.

Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kota Batam Dendi Purnomo mengatakan pada Indikator Standar Pencemaran Udara di Simpang Jam menunjukkan angka 102, yang berarti tidak sehat.

Padahal pada siang hari, ISPU sempat turun ke angka 90, kemudian kembali naik hingga melebihi standar sehat, 100.

"ISPU pukul 16.00 WIB ini naik lagi jadi 98, pukul 17.00 WIB nilainya 102," kata Dendi.

Sebenarnya, kata Dendi, hujan dianggap efektif untuk menurunkan kadar ISPU. Namun, begitu hujan berhenti, ISPU kembali melonjak.

Ia memperkirakan ISPU akan terus meningkat pada malam hari.

"Naik kalau malam sih kecuali angin besar dan hujan," kata Dendi lagi.

Sementara itu, warga Batam terus mengeluhkan debu asap yang mulai mengganggu kesehatan dan membatasi jarak pandang.

"Padahal pagi sudah hujan deras sampai siang. Tapi kabut asap tetap ada, dan semakin sore semakin tebal," kata warga Batuampar Ratna.

Kabut asap mulai menyerang kesehatannya. Ratna mengaku mengalami batuk akibat terpapar kabut asap.

"Batuk ini rasanya berbeda, kering sekali," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Batam Sri Rupiati mengimbau warga untuk mengkonsumsi banyak air putih, minimal 3 liter dalam sehari, serta meminum susu demi menetralisir racun tubuh. "Kalau sakit, bawa ke pelayanan kesehatan," kata dia.

Ia menilai kabut asap relatif berbahaya bagi kesehatan manusia karena mengandung sejumlah zat kimia.

"CO, karbonmonoksida yang apabila berdekatan dengan oksigen akan mengikatnya. Jadi oksigen itu berkurang," kata dia menjelaskan.

Padahal darah itu memerlukan oksigen untuk membantu pematangan darah dan pengangkutan darah ke seluruh tubuh.

Debu asap juga menyebabkan batuk, karena udara tidak bersih. "Ada partikel-partikel yang masuk ke paru-paru," kata dia.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015