Seoul (ANTARA News) - Satu tim penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengunjungi Korea Selatan paling cepat pekan depan untuk secara bersama meneliti penyebaran cepat Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) di negeri tersebut, kata Kementerian Kesehatan di Seoul, Jumat.

Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan berencana membentuk misi penyelidikan gabungan secepat mungkin bersama WHO saat satu jenis MERS menyebar di Korea Selatan memperlihatkan perbedaan dari yang menyebar di Arab Saudi.

Berdasarkan peraturan kesehatan internasional, WHO bisa melakukan penyelidikan di lokasi di satu negara yang menghadapi penyakit menular dan memerlukan kerja sama internasional.

Misi gabungan itu direncanakan terdiri atas para ahli di berbagai bidang, seperti survei epidemiologi, virus dan penanganan penularan, untuk secara transparan menyiarkan hasil penyelidikan kepada masyarakat internasional, kata Xinhua.

Hingga Jumat, penularan MERS di Korea Selatan menjadi 41. Empat kematian telah dilaporkan, sehingga angka kematian jadi 9,8 persen.

Kelima kasus baru tersebut diperkirakan sebagai penularan tersier, yang berarti penularan dari penular sekunder.

Di antara mereka terdapat seorang sersan kepala di Pangkalan Udara Osan, kasus pertama penularan MERS di militer.

Prajurit yang berusia 45 tahun tersebut diperiksa positif pada Kamis dalam pemeriksaan awal dan menerima konfirmasi akhir bagi penyakit yang disebabkan virus itu pada Jumat.

Ia dibawa ke rumah sakit pada Mei, tapi diduga terinfeksi dari penular sekunder saat gejala pertama MERSnya mulai muncul di luar masa tersembunyi dari kontaknya dengan pasien pertama.

Sebanyak 60 prajurit di pangkalan udara itu, lokasi tentara Korea Selatan dan AS ditempatkan, telah diisolasi untuk mencegah kemungkinan penularan.

Pasien ketiga, yang telah dikonfirmasi positif pada 21 Mei sebab ia berada di ruang yang sama di rumah sakit bersama pasien pertama, meninggal pada Kamis.

Ketika orang yang berusia 76 tahun tersebut tertular, ia sedang menderita asma dan penyakit obstruktif paru kronis, kata Kementerian Kesehatan Korea Selatan.

Ia adalah ayah dari pria yang berusia 44 tahun yang pergi ke Tiongkok pada 26 Mei tanpa mempedulikan saran medis agar membatalkan rencana perjalanannya.

Jumlah pasien yang meninggal telah naik jadi empat hingga Jumat, sehingga angka kematian jadi 9,8 persen.

Seorang pria yang berusia 83 tahun meninggal pada Rabu, dan ia dikonfirmasi positif menderita MERS pada Kamis malam.

Satu lagi konfirmasi kematian ialah seorang perempuan yang berusia 57 tahun yang meninggal pada Senin (1/6) dan menerima konfirmasi MERS sehari kemudian.

MERS adalah penyakit pernafasan yang disebabkan oleh satu jenis baru virus-korona yang serupa dengan yang menyebabkan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS). Tak ada vaksin atau obat buat penyakit tersebut, dan angka kematiannya mencapai 40,7 persen.

Penyakit itu pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada 2012. Organisasi Kesehatan Dunia telah melaporkan lebih dari 1.000 kasus MERS di dunia dan lebih dari 400 kematian.
(C003)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015