Batam (ANTARA News) - Ketua Badan Pengusahaan (BP) Batam menyatakan industri di Batam terus berkembang menjadi industri berteknologi tinggi dari awalnya hanya industri perminyakan dengan pendirian bunker minyak milik PT Pertamina di Pulau Sambu.

"Berawal dari itu, kini Batam menjadi pusat industri berteknologi tinggi dengan pembangunan hanggar dan pusat perawatan pesawat menyeluruh milik Lion Air yang akan segera disusul maskapai lain," kata Ketua BP Batam, Mustofa Widjaja di Batam, Selasa.

Industri perbaikan pesawat, kata dia, membutuhkan tenaga kerja terlatih karena seluruh komponen pesawat dibuat dengan teknologi tinggi sehingga membutuhkan ketelitian dan sertifikat khusus bagi pekerjanya.

Sebelum Otorita Batam (sekarang BP Batam) berdiri pada periode 1970, Pulau Sambu yang masuk wilayah Batam menjadi pusat perminyakan. Setelah Otorita Batam berdiri, secara perlahan industri terus berkembang.

"Pada awal 1990, Batam menjadi pusat industri elektronik dengan berdirinya Kawasan Industri Batamindo disusul dengan kawasan lain yang konsen pada elektronik," katanya.

Selanjutnya, kata dia, mulai akhir periode tersebut industri di Batam perlahan bergeser ke galangan kapal dan penunjang perminyakan lepas pantai.

"Saat ini industri galangan kapal menjadi yang terbesar di Indonesia mengalahkan kawasan Surabaya Jawa Timur," katanya.

Jumlah galangan kapal di Batam lebih dari 100 perusahaan dan terus bertambah. Dari lebih dari 100 perusahaan yang menyampaikan keinginan berinvestasi di Batam, rata-rata bergerak dalam sektor perkapalan.

Namun, kata Mustofa, yang menjadi tren ke depan ialah industri perawatan dan perbaikan pesawat (maintenance repair and overhaul/MRO) seiring terus bertambahnya pesawat yang beroperasi di Indonesia.

"Selain Lion Air yang membangun empat hanggar, Garuda Maintenance Facility (GMF), PT Ilthabi, dan Sriwijaya Air juga segera membangun pusat perbaikan pesawat mereka di Batam," katanya.

Ia mengatakan, pangsa pasar perbaikan pesawat di Indoensia masih sangat terbuka karena hingga saat ini baru mampu menampung 30 persen pesawat yang beroperasi di Indonesia.

BP Batam mengalokasikan lahan 150 hektar di Kawasan Bandara Internasional Hang Nadim Batam khusus untuk pembangunan MRO.

Mustofa juga mengatakan akan membangun landas pacu kedua untuk mengantisipasi kepadatan penerbangan di Hang Nadim Batam. (LNO/S004)

Pewarta: Larno
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014