Trenggalek, Jawa Timur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, berencana memasang sabuk air di sekitar lokasi tanah gerak yang ada di sekitar permukiman Dusun Gelang, Desa Watulimo.

"Langkah ini untuk mencegah air hujan mengalir ke area tanah gerak, agar tidak masuk ke retakan tanah dan bisa dialihkan ke sabuk air yang akan kita bangun dalam waktu dekat," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin di Trenggalek, Kamis.

Ia mengatakan, solusi ini diharapkan efektif untuk meminimalkan risiko longsor susulan.

Baca juga: Tanah bergerak picu kerusakan jalan jalur Selingkar Wilis Trenggalek

"Warga yang ada di area tanah gerak ataupun sekitarnya dan berisiko terdampak, sementara dialihkan ke lahan yang aman," katanya.

Menurut dia, tiga rumah warga terpaksa direlokasi karena terdampak tanah gerak.

"Tiga KK yang tinggal di tiga rumah di lokasi tanah gerak Dusun Gelang telah direlokasi ke tempat yang aman," katanya.

Selain tiga rumah itu, terdapat juga beberapa rumah warga lainnya terancam terdampak tanah gerak jika tidak segera ditanggulangi.

Baca juga: Trenggalek bangun tenda darurat untuk pengungsi korban tanah gerak

"Yang penting kita relokasi dulu. Terus kemudian kita petakan titik-titik rekahannya untuk kita buatkan sabuk guna mengalirkan air ketika hujan. Dengan demikian, air tidak mencari celah agar tidak mengakibatkan gesekan tanah sehingga tidak terjadi longsor," katanya.

Namun, seiring berjalannya waktu, celah tanah gerak di area permukiman warga itu kian melebar dan berpotensi menyebabkan longsor di area permukiman lainnya.

Saat ini tanah gerak ini terus bertambah dan kondisinya semakin parah ketika hujan turun.

Sebelumnya, tanah gerak melanda wilayah Watulimo pada Desember 2022. Akibat tanah gerak itu tiga rumah terpaksa direlokasi.

Baca juga: Pemprov Jatim bangun 29 huntap warga terdampak longsor di Trenggalek

Dari tiga rumah warga itu, dua di antaranya tinggal di wilayah lahan hutan, sementara satu warga terdampak lainnya direlokasi ke Desa Slawe.

Selain tiga rumah itu, tanah gerak itu mengancam permukiman warga lainnya.
 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023