Banjarbaru, (ANTARA News) - Kawasan hutan alami Pegunungan Meratus merupakan aset penting untuk meredam dampak pemanasan global dengan kemampuannya menyerap sejumlah besar karbondioksida dari atmosfer dalam proses fotosintesis. Asisiten teknis Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI) Banjarbaru, Wayan Dirgayusa, dalam perbincangan dengan ANTARA di Banjarbaru, Selasa (18/4) menekankan pentingnya untuk segera memasukkan kawasan Pegunungan Meratus ke dalam mekanisme udara bersih/Clean Development Mechanism sehingga kelestarian kawasan tersebut kemudian akan menjadi kepedulian seluruh dunia. Hutan Pegunungan Meratus yang terbentang dengan luas lebih dari satu juta hektar merupakan aset besar yang memberikan kontribusi bagi kesegaran udara dunia. Menurutnya, pelestarian kawasan Pegunungan Meratus saat ini terkendala masalah kekuatan data. "Sulit sekali untuk menemukan literatur yang dapat memberikan data yang memadai jika bicara tentang Pegunungan Meratus, yang cukup lengkap malah saya dapatkan dari rekan antropolog di Amerika Serikat ", katanya dengan nada menyesal. Menurutnya, selama ini penyelamatan Pegunungan Meratus terperangkap pada sisi emosional yang dengan gencar meneriakkan pelestarian kawasan Pegunungan Meratus tapi miskin aksi nyata. Karena itulah, pihaknya kemudian melakukan penelitian yang melibatkan peneliti-peneliti muda dari berbagai disiplin ilmu dan juga masyarakat lokal di sekitar Pegunungan Meratus untuk mendapatkan data yang merangkum keterwakilan keanekaragaman hayati di kawasan Pegunungan Meratus karena bisa dipastikan Pegunungan Meratus memiliki kekayaan luar biasa. Penelitian tersebut merupakan langkah awal guna menyediakan data pendukung yang disebutnya "pelor" dalam langkah lanjutan bagi upaya penyelamatan Pegunungan Meratus dan menekankan perannya sebagai bagian paru-paru dunia. Menurutnya kekayaan keanekaragaman hayati Pegunungan Meratus cukup untuk menjadikannya bank benih/bank gen dunia. Dia mencontohkan untuk Meranti-Merantian (Shorea Sp.) saja, di Pegunungan Meratus terdapat sekitar 200an jenis berbeda. Sementara di kawasan lain di Kalimantan jenis tersebut sudah mulai habis. Untuk bambu, menurutnya kawasan Pegunungan Meratus menyimpan 22 jenis bambu dan merupakan kedua terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat yang memiliki 41 jenis bambu. Bambu, secara kultur erat kaitannya dengan masyarakat Dayak dimana bambu merupakan elemen penting dalam upacara keagamaan dan banyak terpakai dalam mendukung kehidupan mereka. Hal senada disampaikan oleh Ketua Umum Kelompok Mahasiswa Pencinta Alam dan Seni Borneo Universitas Lambung Mangkurat, Isratul Ikhsan, yang sempat mengalami sendiri kesulitan mendapatkan data awal untuk penelitian yang dilakukan anggota muda organisasinya di kawasan Pegunungan Meratus. "Padahal, masyarakat luas harus segera disadarkan akan peranan penting Pegunungan Meratus sebelum semuanya terlambat ", katanya. Ketidaktahuan masyarakat tanpa mereka sengaja dapat saja tambah membahayakan kelestarian alam Pegunungan Meratus yang sudah terancam oleh tumpang tindih kepentingan, khususnya yang mengejar keuntungan ekonomi tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi lingkungan global.(*)

Copyright © ANTARA 2006